Minggu, 17 April 2011

Jeda


Laki-laki itu terlalu tampan untuk tidak menikah di umurnya yang mencapai kepala empat. Tampan, karena ia terlalu bersih dibandingkan pria lain yang seumuran dengannya. Matanya mengucap banyak tanya sekaligus praduga. Caranya berjalan, duduk, menulis, terdiam, atau melakukan hal yang lainnya mengundang orang untuk berfilsafat: apa yang salah dengan laki-laki setampan ini?

Masalahnya hingga umurnya yang menjelang kepala empat ini dia belum juga beristri. Tidak ada yang tahu apa yang diperbuatnya sepulang kerja; apa yang ia lakukan jika akhir pekan datang setelah hari-hari melelahkan yang dilaluinya sepanjang Senin hingga Jumat.

Tak lupa, ia adalah seorang pemilik perusahaan sekuritas ternama di Jakarta. Waktu senggangnya ia gunakan untuk menulis karya fiksi. Beberapa novelnya menjadi best seller sampai harus cetak ulang hingga cetakan ke-11. Orangtuanya tinggal di Australia bersama putri sulung dan suaminya, yang tak lain adalah kakak kandung dan kakak ipar dari laki-laki sang pemeran utama ini.

Banyak desas-desus di kalangan karyawannya, pembacanya, bahkan teman dekatnya mengapa sampai sekarang ia belum juga menikah. Salah satu asumsi terkuat yang hangat dibicarakan banyak orang adalah: ia gay. Konon, ia telah menikah dengan laki-laki bernama Rafky--yang katanya teman dekatnya itu--di Belanda; ia tidak suka perempuan, katanya.

"Coba deh lo liat dari penampilannya yang metro seksual dan serba bersih itu. Mana ada laki-laki 'lurus' zaman sekarang yang concern banget sama penampilan kayak dia."

Daryl, sang lelaki, tidak mau ambil pusing. Ia terlalu dingin untuk menanggapi semua kabar burung yang mendarat di telinganya. Ia terlalu kaku untuk menghadapi gosip murahan yang beredar di kantornya sendiri. Atau, ia terlalu ulung untuk menikmati indahnya dicintai dan mencintai?

Lagi-lagi cinta. Kata-kata itu terlalu keramat bagi dirinya untuk dibahas. Meski hal itu kontradiksi dengan dirinya sebagai penulis novel yang membahas tentang kehidupan perempuan, janda-janda kosmo, juga novel tentang perkawinan. Ia ulung dalam hal tersebut. Lantas tentu saja ia disukai oleh banyak istri-istri muda.

Daryl punya banyak alasan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diinterogasi kepada dirinya seputar kehidupan percintaannya, "Kawin itu merepotkan."; "Masih banyak yang harus saya pikirkan selain menikah."; "Saya belum siap untuk bertengkar dengan istri saya kelak"; "Saya mau kawin jika sudah pensiun saja."; "Saya mau adopsi anak saja tanpa harus menikah."

Sementara Rafky, yang kata banyak orang adalah sahabatnya, memang menyukai Daryl apa adanya. Ia belum pernah tahu apakah Daryl sama seperti "dirinya" atau tidak. Adakah Daryl memiliki kembaran rasa yang sama seperti yang Rafky pendam selama ini? Meski hingga saat ini Rafky tidak tahu menahu, ia belum pernah mendengarnya langsung dari mulut Daryl sampai saat ini, apakah Daryl gay atau bukan. Rafky tidak pernah keberatan, ia malah senang jika banyak karyawan di kantor Daryl yang curiga hubungan sejenis yang dijalani Daryl dan Rafky selama ini.

Daryl, menurut Rafky, adalah manusia penuh jeda. Ia mampu menghabiskan waktunya setiap akhir pekan hanya untuk berdiam diri, melamun, lalu menyepi. Entah apa yang ada di pikiran Daryl. Seperti biasa Rafky selalu datang ke apartemennya, membawa DVD atau camilan, sampai bahkan tidur bersama. Di saat seperti itu, Rafky berharap suatu malam nanti, entah kapan, Daryl bisa menyentuhnya ketika ia sedang terlelap. Rafky selalu berharap. Lebih tepatnya, hanya bisa berharap.

***

Daryl hanya bisa tersenyum jika ada Rafky di sampingnya. Hanya Rafky yang mampu membuatnya tersenyum di saat Daryl menghabiskan jedanya setiap akhir pekan. Meski cukup sulit bagi Rafky untuk membuat Daryl tersenyum, namun Daryl telah menganggap Rafky sahabatnya (meski Rafky berharap lebih dari seorang sahabat).

Tanpa disadari Rafky telah membuat Daryl menjadi dirinya sendiri. Ia mulai bisa untuk diajak keluar dari sarang per-jeda-annya setiap akhir pekan. Mereka menghabiskan waktu bersama menonton di bioskop, minum kopi luwak favorit mereka, belanja kebutuhan makanan untuk Daryl di apartemennya, masak bersama di apartemen Daryl, wisata akhir tahun ke Bali, Singapura, sampai New Zealand. Sampai Rafky tidak sadari, ia sudah bersama Daryl 24 jam sehari selama hampir tiga bulan.

"Aku senang setiap ada kamu di sini..." terbata-bata Daryl mengucapkannya kepada Rafky pada suatu makan malam hasil acara memasak kolaborasi tadi sore.

Rafky menjatuhkan sendok ke atas piringnya hingga berdenting. Ia terkesiap mendengar kata-kata yang keluar dari mulut pujaan di seberang mejanya. Sudah lama ia ingin mendengar kalimat itu. Tanpa merasa besar kepala dan besar rasa, ia mengaku dalam hatinya saat ini ia mengalami deja vu. "Aku juga senang... Sangat senang..."

Lamat-lamat pandangan mereka saling menangkap dan menjaga. Ada butiran halus yang seolah masuk ke dalam relung terdalam jiwa Rafky ketika melihat pancaran yang keluar dari mata Daryl.

Malam itu bagi Rafky, apa yang dilakukan Daryl saat itu, lebih dari cukup. Hatinya mencelos bahagia. Rasanya ingin sekali Rafky menembus atap apartemen Daryl saat ini.

***

Daryl melihat wanita itu ketika mereka sedang mengantre di kasir membeli kebutuhan belanja bulanan bersama Rafky. Rafky dan Daryl sudah tinggal bersama di apartemen milik Daryl.

Daryl hanya bisa tertegun sesaat, kemudian menunduk. Wajahnya bermuram durja ketika ia melihat lagi wanita itu untuk kedua kalinya.

Setelah sampai di apartemen, Daryl masih bermuram durja. Rafky kebingungan sendiri untuk sekadar memberi pertanyaan hati-hati kepada Daryl.

"Daryl...." sapa Rafky perlahan. "Ada apa?"

"Rafky, maafkan aku, sebenarnya aku..." katanya pelan sekali seperti menyesal untuk mengucapkannya "Wanita di supermarket tadi adalah mantan istriku. Aku tidak akan pernah sanggup untuk berkata yang sebenarnya pada banyak orang bahwa...," jawabnya lamat-lamat, "aku telah bercerai untuk yang kelima kalinya."

Seperti biasa, selalu ada jeda setiap kali ia menjawab pertanyaan yang sama itu dari setiap kekasih laki-laki yang pernah berhubungan dengannya. Sebelum hatinya hancur berkeping-keping, Rafky buru-buru meninggalkan Daryl tanpa jeda.