Jumat, 27 Juli 2012

172


Kalau saja beberapa di antara kami bukan teman satu jurusan, satu fakultas, satu organisasi, atau satu apa pun yang lain: kami tidak akan saling mengenal dan mendekat. Kami tidak akan pernah tahu bahwa perjalanan 45 hari ke depan akan mengubah segalanya: mengubah wajah-wajah dingin, mengubah sekat-sekat yang kami buat, mengubah program-program melebur menjadi satu ikatan persaudaraan yang kuat. Kami mungkin hanya saling melihat dengan ekor mata atau saling berbisik menanyakan siapa nama anak yang berbaju merah yang menjadi komandan pleton itu, siapa yang menyiapkan doa sebelum makan di marinir, dan sebagainya.

Kemudian beberapa dari kami mulai berinisiatif untuk membentuk ikatan yang lebih dalam satu sama lain: ketika betapa sulitnya kamu menghabiskan banyak makanan sendiri dengan waktu terbatas, seorang, dua orang, kemudian semua "teman" di dalam satu pleton mulai menjulurkan tangannya untuk membantumu menghabiskan makanannmu demi tidak mendapat hukuman dari danki. Ketika matamu yang merah dan mulai memejamkan mata barang sejenak karena kurang tidur, kepalamu mulai terantuk berkali-kali dalam posisi duduk di dalam aula marinir, beberapa "teman"-mu yang lucu akan menyegarkan hari-harimu dengan lawakannya, sebut saja Dian May, Cem, Kak Ojan, sampai Sopa. Untuk semua kerja sama yang baik, tindakan heroik yang kami coba lakukan semaksimal mungkin di Tanjung Pasir, bagaimana saya menahan tangis sebisa mungkin saat rapat skenario drama pembelaan di dalam tenda peserta pria untuk 35 teman kami yang dipanggil menghadap "atasan", saat salah seorang "teman" mengatakan untuk menggagalkan saja siapa yang tidak lolos tes kali ini, saya menahan tangis ketika seorang "teman" belum sadar bahwa kami semua berjalan pada jalan menghilangkan status "teman" ini menjadi saudara.

Jadi "teman", cobalah kamu ingat-ingat, siapa yang berjalan bersamamu menghadapi hanmars 7 kilometer mengitari separuh Cilandak; yang tidak pernah ragu untuk menghabiskan buah pear-mu yang habis digigit oleh gigi "teman" lain; yang membantu menyelamatkanmu ke pinggir lautan saat kau panik menyelesaikan sea survival di Tanjung Pasir; yang tidak segan memberimu sedikit obat vitaminnya ketika mendengar kamu mulai bersin dan terlihat pusing; yang tidak akan malu untuk memakai baju yang salah denganmu ketika semua orang memakai baju merah sementara kamu berdua hanya memakai baju biru; yang meminjamkanmu kaus kaki ketika kamu tidak membawa satu pun kaus kaki ke Tanjung Pasir yang dasar lautnya penuh dengan kerikil tajam; yang menghiburmu dengan canda tawanya saat dirimu penuh tekanan dari "atasan", PL, ataupun marinir; yang menjagamu saat kau jatuh sakit di titik pengabdian sehingga sampai kini kau bisa membaca surat ini di atas tempat tidurmu yang nyaman; dan yang paling penting adalah ketika kamu diberikan begitu banyak pelukan dan air mata yang bergulir begitu kamu berpisah dengan orang-orang yang tidak lagi kamu anggap "teman" selama ini.

Bukan lagi "teman" ketika yang ada hanya isak tangis dan tawa bahagia ketika kamu menjalani 45 hari yang mengubah hidupmu ini. Adalah "saudara"mu, 172 saudara baru yang nama-nama mereka tidak segan akan kausimpan dalam hati dan kaurapalkan dalam doa di malam hari. Kau tidak akan segan memeluk mereka dalam mimpimu dan tanpa sadar kau akan tersenyum mengingat cerita yang tidak akan berkesudahan untuk diceritakan kepada anak cucumu nantinya. 

Maka saudaraku, ketika kata terima kasih saja belum cukup untuk 45 hari yang begitu menyenangkan ini, maka kata-kata ini tidak akan pernah selesai untuk dibaca dan dituliskan kembali dengan kenangan-kenangan yang pernah kita anyam bersama dimulai dari pembekalan di auditorium FH, bertemu untuk jatuh cinta pertama di gedung PPMT, merapatkan hati di marinir, menguatkan pelukan di Tanjung Pasir, beberapa saudara terpisah ke Surabaya dengan tangis dan pelukan (selamat jalan Pahlawan Muda), melabuhkan lelah dan tawa di atas KRI Teluk Celukan Bawang, sampai merajut cerita di titik masing-masing. Then, give me a thousand sorries for my beloved brothers and sisters if your name disappear in this acknowledgment. Percayalah, bahwa kamu ada di hati kami masing-masing.

Untuk Mita, Icha, Ria, Ari, Novi, dan Fira kalian adalah cerita yang tidak akan pernah selesai kita habiskan bersama satu sampai dua malam saja, belum pernah ketika suatu hari saya bermimpi mendapat tangisan yang menjerit dari anak-anak satu pulau saat kita akan pulang.

Untuk Dzihan: the best sister I never had, K2N ini seperti berlibur denganmu. Untuk Winda, Dian, Sopa, dan Evan malam terakhir di buritan kapal yang gelap, berjanjilah apa yang kita lakukan itu hanya rahasia antarkita saja :p

Untuk Kak Ojan, Cem, Mama Asti, Azza, Uli, Clarissa, Kak Owi, Rista perempuan, Kevin, Hesty, Arga, Syahdan, tanti, Dimas, Delisa, Uung, Resti, Dwi, saya masih belum paham kalau tidak ada kalian, perjalanan ini akan hambar tapa tawa dari kalian.

Untuk Destiny's Child: Kelly "Rista" Rowland dan Michelle "Didit" Williams, akumulasi enam malam di atas KRI cukup bagi kita untuk tahu karakter masing-masing, terima kasih untuk hari-hari menyenangkan di atas kapal bersama kalian.

Untuk KM, Amel, Ayi, Andre, Adi, Yohana, Reza, Tomo, Areta, Anida, bagi saya kalian adalah teman-teman yang tidak segan membantu siapapun yang kesusahan.

Untuk Rifky, Lukman, Ba'ank, Ririn, Akbar, Zara, teman-teman pleton 3 kompi 2, bagaimana mungkin kalian mudah dilupakan, terutama untuk Lukman, sahabat yang saya temukan dengan segala kebaikan hatinya.

Untuk semua yang belum disebutkan namanya, sekali lagi percayalah bahwa kalian tidak akan mudah dilupakan. Salam dan peluk untuk 172 saudara baru.