Minggu, 21 Oktober 2012

Peluk


di atas bau rumput bekas hujan tadi malam
kunikmati kau dalam adamu, dalam caramu
di dalam riuh rendah suara di dekat suara
kudengar hatiku melewati hadirmu

di batas senyumanmu aku memutuskan berhenti
lalu kamu diamdiam berlari ke dalam hati
mencuri yang seharusnya tidakboleh dicuri
lalu kamu mencuri, kamu pencuri

adalah kamu, rasa yang datang merapat
terus menjauh seperti sekiranya sementara
malam ketika kita berpagut dalam pelukan
menit-menit berhenti dalam dekapan




aku hanya mampu mengerang berang
dalam bayang dalam layang dalam sayang
air dari mata dan hati jatuh ke pipiku
tidak bisakah aku berhenti kehilangan?

lalu jatuh dalam lubang yang sama berkalikali
aku seperti keledai terbodoh yang pernah ada
selalu kucoba namun aku tak mampu
tak merindukanmu

tidak bisakah kita memberi jeda pada waktu dunia
saling berhenti di tengah jalan lalu saling memeluk?
atau ditambah mencium atau berpagut?
karena rindu ini tidak lagi mampu diredam, aku remuk.

bukankah kita tahu sama tahu
kita tidak dapat kekal dalam ikatan
pun cinta yang kusemai tanpa perlu kautahu
aku berharap pada peluk yang menusuk

engkau samudra luas yang membiru
aku yang memeluk dalam relung dan ombakmu
seperti saat kita pernah berjalan di atas pasir
menyusuri hati masingmasing sambil menerus berpeluk

harusnya aku telah melupakanmu
dalam bayang dalam deru dalam napsu
namun aku tak bisa  melupakan
semua bayang semua deru semua napsu

malam menjauh pun denganmu
lagilagi kita terpisah
maukah kau sekadar berhenti lalu memelukku kembali
dan mengatakan semua baikbaik saja?

Lalu ketika rasa ini
hanya tinggal gelombang
dan pergi menjauh
kau benar-benar tiada

kenapa jatuh cinta semudah ini?
semudah kau memberi pelukan padaku.
tapi, kenapa dicintai sesulit ini?
sesulit kau mengatakan cinta kepadaku.

Sabtu, 06 Oktober 2012

True Love


Hai, Kamu, maaf aku harus tulis di email karena akan kepanjangan kalau aku nulis lewat chatting atau SMS. Kamu, semakin besar harusnya aku semakin belajar bagaimana caranya harus menghadapi hidup, bukan? Dan kamu salah satu orang yang membuat aku belajar bagaimana caranya menjadi terus kuat dan "hidup". :)


Entah kamu sadar atau nggak, aku udah 3 tahun 6 bulan hidup tanpa kamu, ketika  akhirnya kita harus saling terpisah dan hidup tanpa hubungan lagi. Ketika akhirnya kamu kuliah di Belanda, lalu kamu pulang lagi ke Jakarta dan semuanya semakin berbeda. Kadang, aku mikir, kenapa ya kita harus banget hidup dalam sebuah hubungan, lalu menggalaukan diri sendiri dan mellow? Jadi, aku baca sebuah artikel yang ditulis Sharmi Shotu kalau sebuah hubungan itu cuma tipuan dunia. Kita percaya bahwa kita telah disatukan dengan orang lain dalam proses ritual atau kata-kata, "Aku suka, jadi kamu mau jadi pacar aku?" lalu orang di depannya mengangguk dan jadian, ketimbang kita harus percaya pada hukum alam yang bilang kalau kita harus menerima dan merengkuh kesendirian kita baru setelah itu kita bisa mengalami cinta sejati. Aneh, ya? Atau aku yang tiba-tiba jadi aneh nulis begini ke kamu? Hehe.

Aku masih sayang sama Kamu, tapi sekarang sama sayangnya seperti aku sayang Mamaku, keponakanku di Duren Sawit, anjing-anjingku di rumah, buku-bukuku di rumah. Aku, pada akhirnya, belajar kalau cinta sejati akhirnya nggak pernah mengenal ikatan atau hierarki. Dan bukan mustahil kalau akhirnya aku cinta sama kamu tanpa merasa kamu harus ada dalam kehidupan aku, Kamu. 

Setelah baca tulisan Mbak Sharmi, aku tahu sekarang aku lega, Kamu. Karena aku ikhlas. Dan kamu, mantan terbaik yang pernah ada dalam hidup aku. Aku yakin masa depan kita berdua cerah. Aku harap suatu saat kita bisa lagi ngopi-ngopi tanpa rasa canngung. Atau lewatin malam bareng lagi di rumah kamu di Pondok Kopi atau di rumahku di Cinere? Atau nyanyi lagu "I Don't Miss Your Water"-nya Craig David dengan sangat soulful di dalam mobil kamu?

Akhirnya, lewat email ini, aku cuma mau bilang, kalau akhirnya, aku bisa berjalan terus. Tiga tahun enam bulan ini, aku masih terperangkap selalu mikirin kamu dan itu membuat aku nggak bisa terima orang baru yang datang buat aku. Beberapa orang udah berkorban atas keegoisan aku dengan mempersalahkan kamu. Mulai sekarang dan baru sekarang, aku mau lepasin kamu, seperti kamu bisa lepasin aku. Aku lega akhirnya bisa nulis ini. Lega bisa sejujur ini. Kamu, aku bisa move on mulai sekarang. :)


Milikmu dalam Kemurnian,
Diego.