Kamis, 19 September 2013

Surat (Cinta) untuk Cinta

Cinere, 1 September 2013


Halo, Cinta Rutatiko, apa kabar? Mungkin lo akan baca surat ini pas lo udah ada di dalam burung besi di ketinggian awan sana menuju Prancis, negara yang lo impikan dari dulu. Beberapa hari yang lalu kita baru aja selebrasi atas kelulusan kita. Gue, lo, Medina, Aisis, Ciki, Joni. Kita travelmates banget nih ceritanya ya hahahaha.

Oh, sebelum gue mulai cerita, please banget, ini formatnya surat dan tolong hilangkan semua unsur-unsur intrinsik sastra dari kepala kita karena sepanjang surat ini gue hanya mau ngobrol sama lo. Jangan ada format makalah 4-4-3-3, atau latar belakang pendahuluan sama batasan penelitian skripsi, apalagi alur-alur konflik di sini. Gue cuma mau ngobrol, Cinta, mau ngobrol.... hahahaha.... *ala-ala jawab Sayur Oyong iya-tidak-bisa jadi Eat Bulaga*

Gue masih inget banget pertama kenal lo di kampus waktu gue lagi ngobrol sama Mio dan lo ada di belakang Mio kayak malu-malu gitu pengin ikutan ngobrol tapi cekikikan aja. Hahahah, gue baru tahu dari mulut lo sendiri kalo lo emang segitunya pengen temenan sama gue hahahaha. Iya-iya, Ta, gue tau lo bakal jitak gue pas baca bagian ini. Itu selalu jadi bagian yang pengin bikin lo muntah, tapi harus lo akui, semua itu penah keluar dari mulut lo, kan? 

Gue nggak ngerti sih dari mana akhirnya kita jadi deket banget, sampe akhirnya gue sering nginep di kosan Mio terus kita sering makan malam di Burjo sama Uti juga, sampe kadang kita udah capek ngobrol dan nggak sengaja ketiduran. Yap, bisa dibilang gue sangat dekat sama anak Perancis 2009 and I love Sastra Perancis 2009. Entahlah bagaimana menggambarkannya, tapi persahabatan kalian amat sangat hidup dan gue cukup iri sama kekeluargaan di jurusan kalian.

Terus yang gue inget lagi adalah kita cukup sering ketemu di Kafkor karena Raja Minyak kita, Aisis, kerjaannya beli kimbab goreng di Kafe Korea hahahaha. Kebetulan anak Kresenbud BEM 2012 sering ngumpul di Kafkor. Lo sama Ari, Fiqrie, Faisal, Ara juga suka ngumpul jadilah kita sering ngobrol. Biar gue rekap ulang, tapi maaf ya kalo salah. Karena sering banyak ngobrol dan sama-sama suka traveling dan kita pernah nggak sengaja ketemu di Bali tahun 2011 karena nginep di hotel yang sama, Balimanik Beach Inn, di daerah Kuta ya hahaha. Nggak lama tahun 2012 awal tercetus deh ide kita buat jalan ke Malang, Surbaya, Madura. Jujur, Ta, perjalanan waktu itu membuat gue yakin kalau lo, Aisis, dan Medina adalah sahabat baru gue. Apalagi dengan insiden gue hampir pingsan di Bromo, black out, hahahaha, sumpah itu kacau banget, tapi unforgetable.

Tapi serius, Ta, traveling kita ke Malang, Surabaya, Sudirman semakin membuat kita... wait? Gue nulis apa tadi, Sudirman? Demi apa Sudirman?! Maksud gue kan Madura.--Yaudah sih tinggal dihapus aja sebenernya drama banget, tapi gue males ngapusnya lagi asik ngetik gimana dong? Yaudah ya lanjut aja.--Traveling kita ke tiga kota itu membuat gue semakin tahu tentang insight, value-value yang ada di dalam kepala lo, dan juga bagaimana lo menghadapi perasaan lo yang pernah hancur. Itu sih inti traveling bagi gue. Karena gue percaya perjalanan sejauh apa pun asal ada partner yang menyenangkan, perjalanan nggak akan terasa jauh. Dan itu berlaku saat gue jalan sama kalian. Oh, I promise I'll keep those secrets thingy safe in mine. I was in your shoes, jadi tenang aja, Dahling. 

Jujur sih, Ta, kesimpulan gue tentang lo saat jalan itu adalah you are great a companion. Bukan backpacker yang menye-menye macam princess. Pun dengan Medina, nggak ada ribet-ribetnya sama sekali. Gue suka sama cewek yang sangat tough. Karena gue anaknya seneng banget menilai orang lain secara cepat, gue bisa menilai bahwa dengan sikap lo yang seperti ini, lo akan jadi orang sukses karena lo juga pekerja keras sesungguhnya.

Pulang dari Bromo, kita jadi punya ritual bertiga sama Medina, kadang Ari sama Ara ikutan juga. Kadang Aisis juga ikut walaupun suka sibuk sendiri. Jumat Curhat, oh, gue kangen banget sama Jumat Curhat kita. Setelah seminggu yang melelahkan habis kuliah dan nulis ngejar deadline dari editor, Jumat Curhat tuh semacam reward buat gue untuk curahin unek-unek. And you're my favorite trash bin hahahaha. Gue bakalan kangen wisata kuliner setiap Jumat sama lo dan nggak akan mulai curhat kalau tempat atau makanannya belum enak hahaha.

Saat nulis ini gue lagi denger lagu Hometown Glory. Sampai di bagian ini jujur gue agak galau. Bahkan mungkin gue akan galau setiap denger lagu yang ada kata-kata "cinta"-nya. Gue inget gue pernah nanya sama lo, "Ta, setiap denger lagu yang ada cinta-cintanya, lo merasa terpanggil nggak, sih?" Dan lo menjawab, "Gue udah kebiasaan karena keseringan, ada orang yang manggil 'cinta' untuk nomina atau 'Cinta' untuk pronomina karena udah kerasa bedanya banget lewat feeling." Mari kita berikan tepuk tangan yang meriah untuk anak Sastra, Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan.

Kita punya sahabat, tapi mungkin nggak sebanyak teman dekat, dan teman dekat nggak sebanyak teman-teman yang setiap hari bertemu, apalagi nggak sebanyak teman-teman yang cuma mampir datang dan pergi. Buat gue lo adalah kriteria pertama yang gue sebutkan. Gue pernah berpikir bahwa sebuah persahabatan seharusnya punya jangka waktu yang lama sebelum diputuskan apakah seseorang pantas jadi sahabat kita, tapi semakin beranjak umur, gue sadar hal itu nggak lagi perlu dipikirkan. Lo, Medina, Aisis, dan Ari Dewayanti adalah sahabat baru gue.

At the end, gue mau mengucapkan terima kasih untuk persahabatan kita, untuk Jumat Curhat kita, untuk jalan-jalan ke Malang, Surabaya, Madura kita, untuk curhatan dan ketawa kita tiap malam di Burjo, untuk motivasi yang selalu lo kasih buat gue setiap Jumat Curhat, untuk selalu terima-terima aja setiap gue dan Aisis nge-bully lo, untuk kesabarannya di dalam kereta dari Jakarta-Malang selama 24 jam, dan untuk sifat pemaaf lo yang luar biasa (sebab dari lo, gue belajar untuk memaafkan diri gue sendiri).

Hari ini lo akan pergi ke Prancis, tempat yang kita idam-idamkan untuk ke sana. Gue yakin gue akan ke sana suatu saat. Bahkan kalau bisa Travelmates musti ke sana semua. Terus tiba-tiba gue kebayang sama semuanya tentang kita, Ta. Duduk-duduk di Kafkor ngalor ngidul nungguin gue abisin makanan bekel yang dibuat nyokap gue, kadang lo juga ikut nyemilin. Ah gue baru inget lagi, terus pas lo sama Medina jadi asisten gue pasti lagi taping buat trailer Travel in Love sama Waskitha sama Gea dari pagi sampe malem. Dan lo yang nggak pernah absen dateng semua acara promo gue dari launching sampe talkshow ke perpus sama fakultas. Bentar, Ta, ini lagu Hometown Glory-nya keputer lagi. Berjanjilah lo akan dengar lagu ini setiap lo kangen rumah karena gue semakin kangen sama lo setiap denger ini Adele nyanyi kayak mau nangis. Sialan lo, Del. *ceritanya akrab*

Cinta, saat gue nggak mampu lagi untuk berpisah sama salah satu terbaik gue, gue nggak tahan untuk lepas kacamata gue dan membenamkan wajah gue ke dalam bed cover. Dan gue nangis.
.....
.....
.....
Titik-titik di atas ceritanya jeda lagi nangis. Sebel, nggak? Baiklah Cinta, benar kata Fiqri, sebaiknya gue nggak nangis kalau nanti dadah-dadah sama lo di bandara. Harusnya kita bahagia biar nggak memberatkan lo untuk pergi. You should go. Buat hati dan pikiran lo semakin kaya. Kita sama-sama berjuang ya. Gue yakin suatu saat entah kapan, di masa depan, kita akan ketemu lagi dan masing-masing jadi orang sukses. Cinta Rutatiko, see you at the top. Atas kesediaan Saudara membaca surat perpisahan saya, saya ucapkan terima kasih.



Salam Hormat,

D


Diego Christian

Selasa, 27 Agustus 2013

Life After Campus


Ini bukan graduation speech atau pidato formal semacamnya yang saya ciptakan dengan teliti. Ini hanya thought yang saya buat di tengah malam untuk melepaskan rasa cemas saya.


Saya baru saja melihat album foto wisuda sarjana tahun lalu milik senior saya di sebuah jejaring sosial. Mengagumkan rasanya karena dalam hitungan hari saya akan mengalami hal serupa. Saya kembali melihat pada surat keterangan lulus sementara yang baru saya dapatkan seminggu yang lalu. Ada banyak jalan, juga banyak hal yang harus saya alami sampai akhirnya saya mendapatkan surat tersebut. Jalannya tidak melulu indah dan damai, tapi kadang terjal dan banyak drama. 

Dalam hitungan hari saya akan melepas banyak hal dan meraih hal baru di depan sana. Teman-teman selama empat tahun yang telah membuat saya belajar. Buku-buku yang telah saya baca dan menambah perspektif saya tentang hidup. Tempat-tempat baru di penjuru Indonesia yang saya datangi bersama teman-teman kampus dan para sahabat yang menyukai traveling. Cinta yang berlabuh dan juga akhirnya harus berlayar ke tempat yang tidak pernah kita duga.

Empat tahun, ada banyak cerita yang mengesankan, pun cerita yang mengenaskan. Tak heran saya selalu menulis di buku coretan saya dengan judul halaman, "Tahun 2013 pertama kali saya mengalami..." Menyenangkan saat membaca kembali halaman dalam buku tersebut dan saya telah mengalami untuk pertama kalinya hal-hal tersebut.

Rencana saya mungkin bisa berubah, tapi ini yang hendak saya lakukan sampai setahun ke depan. Saya hanya akan menulis sampai bulan April, melunasi deadline yang kian menumpuk seperti virus di dalam kepala saya. Rencananya saya akan menulis minimal empat buku sampai bulan April. Delapan bulan tanpa hal apapun adalah hal yang cukup untuk dibilang tidak mustahil menyelesaikan empat buku. Selama bulan-bulan tersebut mungkin saya akan mengambil pekerjaan freelance untuk menambah pemasukan saya memasuki dunia yang baru. Di bulan April saya akan mengambil tes masuk pascasasrjana di UI. Sudah jelas dalam pikiran saya, saya yakin mengambil pascasarjana Psikologi di UI.

Dan rencana itu kandas sudah. Itu rencana sebelum saya diterima bekerja di sebuah perusahaan trading sebagai executive consultant. Saya tahu saya harus bekerja untuk beberapa alasan. Salah satunya karena keuangan. Saya juga tidak tahu bagaimana saya akan membagi waktu antara bekerja kantoran dengan menulis. Satu hal yang saya ketahui ketika saya harus dituntut menjadi corporate slave selama beberapa bulan ke depan: saya rindu waktu menulis saya. Benar kata pepatah yang bilang kita baru sadar kita telah benar-benar mencintai sesuatu ketika kita kehilangannya. Dan saya kehilangan waktu-waktu berharga yang pernah saya habiskan bersama aksara.

Saya nggak tahu apakah ini gerbang menuju fase quarter life crisis dalam hidup saya. Anggaplah saya drama, tapi mustahil ada penulis yang hidupnya tidak pernah drama. Mereka semua kan raja dan ratu drama. Yang saya harus lakukan saat ini mungkin mencoba menikmati daripada saya harus menelan pahit-pahit semboyan hidup saya yang selama ini saya pegang teguh...

Life is all about choices. You have to pick one and enjoy.

Jumat, 31 Mei 2013

Jalan-jalan Biak (part 1)

Hai! Sudah lama tidak menyentuh blog saya untuk menulis. Kali ini saya akan menceritakan sedikit perjalanan saya ke Biak yang baru berakhir kemarin. Semoga tulisan ini bermanfaat. :)

Perjalanan dari Jakarta ke Biak memakan waktu sekitar enam jam. Saya berangkat pukul 10 malam WIB dari terminal 2F bandara Soekarno-Hatta. Dengan waktu di Biak yang lebih cepat dua jam, maka saya sampai di Biak pukul 6 pagi WIT. Begitu sampai di Biak, saya dijemput dan kemudian menginap di Hotel Basana Inn, tidak jauh dari bandar udara Frans Kaisiepo.

Setelah merapikan barang-barang di kamar hotel. Saya beranjak untuk berkeliling kota Biak hari ini. Tujuan pertama saya adalah Goa Jepang yang terletak tidak jauh dari pusat kota Biak. Letaknya berada di atas bukit yang menanjak setelah jalan Ahmad Yani.

Goa Jepang ini ditemukan oleh orang-orang Jepang yang hendak bersembunyi dari kepungan tentara Amerika saat perang dunia kedua. Dulunya, Amerika sempat menetap di Biak saat terjadi perang dunia kedua. Biak hampir saja djadikan milik Amerika kalau saja Indonesia tidak bereaksi dengan cepat. Karena Biak adalah kepulauan sendiri di dekat "kepala burung" Papua. Namun, akhirnya Palau yang tidak begitu jauh dari Papua berhasil menjadi milik Amerika. Setelah perang dunia kedua usai, sampai tahun 1997, Biak menjadi kota destinasi wisata. Bandara Frans Kaisiepo adalah satu-satunya Bandara di Indonesia waktu itu yang menjadi bandara tujuan langsung dari Hawaii. Ketika reformasi terjadi pada tahun 1998, Amerika memutuskan untuk menghapus keberangkatan langsung dari Hawaii ke Biak. Sejak itu, hotel-hotel yang dibangun dengan skala internasional akhirnya terbengkalai.


Kembali lagi ke Goa Jepang. Di bagian depan halaman tempat wisata Goa Jepang kita disuguhkan dengan berbagai peralatan perang yang digunakan oleh pihak Jepang melawan Amerika. Meriam, rudal, botol-botol obat, sampai baling-baling pesawat dipajang di halaman depan. Berjalan melewati jalan setapak ke bagian dalam kita akan disuguhkan dengan pohon-pohon dan suara tonggeret. Di tengah perjalanan saya menemukan makam orang Jepang. Masuk terus ke dalam Goa Jepang kita akan disuguhkan dengan bentuk Goa Jepang yang menjorok ke bawah terus. Tempat persembunyiannya ditutupi oleh banyak pohon dan juga bebatuan. Terdapat juga stalaktit di dalamnya.

Selesai dengan Goa Jepang, saya beranjak menuju ke Monumen Perang Dunia ke-2 di daerah Bosnik. Monumen ini dibangun atas kerja sama dari negara Jepang dan Indonesia untuk mengenang orang-orang Jepang yang tewas saat perang dunia ke-2. Abu orang Jepang biasanya dibawa oleh keluarga sementara foto-foto prajurit yang tewas, fotonya dipajang di dalam sebuah ruangan khusus dengan dupa dan juga bunga-bunga serta barang-barang pribadi milik almarhum. Banyak turis Jepang di Biak untuk mengunjungi makam leluhurnya di Monumen Perang Dunia ke-2 sehingga tidak heran berdasarkan statistik wisatawan asing yang paling banyak mengunjungi Biak Numfor adalah wisatawan dari Jepang.

Dari Goa Jepang, saya beranjak sedikit saja menuju ke tempat Wisata Perahu Injil. Perahu ini dibangun untuk mengenang masuknya Injil pertama kali ke Biak oleh misioner dari Belanda. Dari sinilah kemudian mengapa mayoritas orang-orang di Biak Numfor memeluk agama Kristen. 


Jalan-jalan saya di Biak hari pertama selesai sudah. Di post berikutnya akan saya ceritakan jalan-jalan Biak hari kedua. :)

Estimasi biaya hari pertama termasuk tiket pesawat:
Tiket Pesawat 2 juta (Merpati, bukan PP, terbang hanya 1 kali sehari, transit Makassar)
Airport Tax 40 ribu
Hotel Basana Inn 430 ribu (single bed)
                             570 ribu (double bed)
Sewa Mobil full day  350 ribu (sudah termasuk bensin dan makan untuk sopir)
Makan                   75 ribu (3x makan)
Masuk Goa Jepang 15 ribu
Masuk Monumen 15 ribu

Memang jalan-jalan di tanah Papua cukup mahal harganya. Harga di atas bukan harga termurah. Di hari kedua saya mengganti hotel dari Basana ke Hotel Mapia yang lebih murah harganya. Hanya 297 ribu/malam.

Jumat, 03 Mei 2013

Kuis Avatar Travel in Love


Kuis Travel in Love


Hai, teman-teman, untuk buku keduaku aku akan mengadakan kuis dengan hadiah-hadiah yang fantastis hehe. Hadiahnya antara lain:

1. Undangan launching Travel in Love, Sabtu 11 Mei 2013 jam 4 sore di TM Bookstore, Depok Town Square
2. Paket buku dari Mizan Group
3. Traveling pouch

Jadi begini peraturannya:

1. Kamu harus pasang cover Travel in Love sebagai avatar kamu di Twitter.*
2. Follow akun Twitter @diegochrist dan @NouraBooks
3. Ajak sebanyak-banyaknya teman/follower kamu untuk memasang cover Travel in Love sebagai avatar di Twitter.
4. Pada hari Jumat 10 Mei 2013, konfrmasikan/mention lewat Twitter ke akun @diegochrist berapa orang yang berhasil kamu ajak memajang avatar Travel in Love dengan mencantumkan nama-nama akun Twitter yang kamu ajak dan telah memasang avatar Travel in Love.


Indikator kemenangan:
1. Dua orang yang paling banyak mengajak teman-teman atau followernya memasang cover Travel in Love di avatarnya akan mendapatkan langsung hadiah-hadiah di atas pada saat launching Travel in Love di TM Bookstore hari Sabtu tanggal 11 Mei 2013. Hadiah dapat diambil pada pukul 3 sore, satu jam sebelum acara launching dimulai. Tapi, kalau kamu tinggal di luar kota jangan sedih, hadiah akan tetap dikirim ke rumah kamu, hanya saja kami tidak bisa menyediakan akomodasi kamu ke tempat launching.

Mudah kan, kuisnya? Kuis sudah dimulai dari sekarang. Semangat! ^^

*Cover Travel in Love dapat kamu copy dari gambar di bawah ini

Minggu, 24 Februari 2013

Resensi Film: Kata Hati


Randi (Boy Hamzah), seorang fotografer, memiliki masa lalu yang pahit (sepahit kopi kesukaannya) dengan mantan kekasihnya (Kimberly Ryder) seorang model yang meninggalkan Randi demi mengejar mimpinya. 

Fila (Joanna Alexandra) menyimpan rasa suka hingga tumbuh menjadi cinta diam-diam kepada Adrian (Arnhezy Arczhanka), laki-laki yang ternyata hanya menganggap Fila sebagai sahabatnya selama 10 tahun. Fila tidak dapat menyatakan perasaannya sampai akhirnya Adrian pergi untuk kuliah di luar negeri.

Dua paragraf di atas adalah masalah yang dibawa oleh dua tokoh utama di dalam film ini. Alur mulai menanjak ketika Randi dan Fila bertemu untuk pertama kalinya di sebuah coffee shop yang ternyata adalah tempat favorit keduanya untuk menghabiskan waktu. Entah siapa yang pertama memulai, keduanya seakan mendapat chemistry untuk saling bertegur sapa, memulai kata-kata pertama, saling bertukar pikiran dan rasa, menciptakan pengalaman baru bersama, sampai akhirnya memulai kehidupan hati yang baru.

Sayangnya, Dera kembali ketika hubungan Randi dan Fila semakin dekat, pun dengan Adrian. Kembalinya Dera dan Adrian membuat segalanya berubah. Kembalinya Dera dan Adrian membuat Randi dan Fila saling bertanya kepada hatinya masing-masing untuk menemukan jawaban cerita mereka.

Film ini ditulis dengan manis oleh Haqi Achmad. Setelah menikmati Radio Galau FM, jujur saya jauh lebih menyukai Kata Hati dari segi ceritanya. Saya ikut tertawa saat si Mbok membacakan BBM milik adiknya Fila, ikut terenyuh ketika Fila melihat foto-foto dirinya yang diam-diam dipotret Randi (seketika ingat Crazy Little Thing Called Love). Bagi saya, ini film yang manis. Sinematografinya juga cukup baik. Deskripsi yang ditulis di dalam novel juga berhasil diangkat di dalam film. Misalnya, bagaimana coffee shop tempat Randi dan Fila pertama bertemu digambarkan merupakan kedai kopi yang hangat. Suasana Jogja yang penuh limpahan cahaya matahari, pantai, Jalan Malioboro, juga digambarkan dengan baik, pun dengan dialog setiap tokoh yang tidak terdengar aksen modern khas Jakarta.

Terlepas dari kelebihannya, demikian kekurangan yang mungkin hanya terlihat dari kacamata saya sebagai penikmat cerita dan film Kata Hati. Jujur, saya menyayangkan mengapa karakter Randi kurang dieksplor. Ketika saya amati kembali, tidak sepenuhnya cerita di dalam film diambil penuh dari cerita di dalam novelnya. Di dalam novel terdapat ringkai cerita bahwa Randi begitu protektif terhadap kakaknya, Dian, sejak kematian kedua orangtua mereka. Menurut saya, karakter Randi bisa lebih tergali lagi, atau memang sengaja tidak diangkat karena nanti akan bertubrukan dengan kisahnya kepada Dera. Entahlah.

Menikmati Kata Hati secara keseluruhan sungguh menyenangkan. Ini adalah jenis film yang rasanya ingin kita tonton untuk kedua kalinya. :)

Selasa, 08 Januari 2013

Tentang BEM UI 2012...



Awal Februari di tahun 2012 ketika sedang memasuki kelas pertama di semester 6, Aisis, teman sekelas saya mengajak saya untuk masuk menjadi staff-nya di BEM UI 2012. Waktu itu Aisis baru menjabat sebagai kepala departemen Kreativitas, Kesenian, dan Kebudayaan. Butuh waktu hampir dua minggu bagi saya dan Atha untuk mengambil kesempatan itu. Organisasi sekelas BEM? Bukannya akan menyita banyak waktu? Dalam jangka waktu dua minggu saya tidak berpikir banyak, sampai akhirnya saya memberi jawaban kepada Aisis.

Sebagai penulis yang selalu menulis hampir tanpa rencana, saya selalu percaya pada dunia spiritual di dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah saya percaya benar kepada firasat, naluri, intuisi, atau entahlah apalagi nama yang sejenis dengan kata-kata tadi. Saya punya firasat yang baik ketika saya memasuki laman BEM UI 2012 di internet untuk mengunduh formulir dan membaca visi misi BEM saat itu. Dan sepertinya saya... jatuh cinta? 

Salah seorang teman saya pernah mengatakan kepada saya perihal jatuh cinta. Dia pernah bertanya kepada saya.

"Go, pernah jatuh cinta?"

"Pernah."

"Ada alasannya nggak kenapa lo bisa jatuh cinta sama seseorang."

"Ada."

"Apa aja alasannya?"

Lalu meluncurlah berbagai alasan dari mulut saya mengapa saya jatuh cinta kepada seseorang. Ketika saya sedang mengatakan berbagai alasan saya, saya melihat teman saya mengangkat sudut-sudut bibirnya tampak tersenyum. Setelah saya selesai berbicara, dia berkata begini

"Jatuh cinta itu nggak butuh alasannya, Go. Kalau lo jatuh cinta karena dia cantik, pintar, kaya, atau baik, suatu saat ketika dia berubah dengan menjadi orang yang nggak cantik, nggak pintar, nggak kaya, dan nggak baik lagi selesai kan rasa cinta lo buat dia? Jatuh cinta itu harusnya tanpa alasan, Go."

"Jadi gue harus jawab apa kalau ada yang tanya sama gue kenapa gue bisa jatuh cinta sama seseorang?"

"Karena lo nggak tahu. Dan lo nggak perlu tahu. Dengan begitu lo akan terus berjalan sama dia, tanpa tahu ujungnya lo akan dibawa ke mana sama dia."

Kemudian saya terdiam. Masih terdiam di depan laptop saat merenung di depan formulir pendaftaran virtual staff BEM UI 2012. Saya mulai mengarahkan tangan ke atas papan kunci dan mulai mengetik. Sejak saat itu, saya sadar, saya jatuh cinta tanpa alasan kepada BEM UI.

* * *

Sepanjang tahun 2012, saya ikut menangis, ikut tertawa, ikut marah, ikut tersenyum untuk BEM UI, khususnya untuk departemen Kresenbud tempat saya bernaung. Beberapa orang harus pergi karena tampaknya mereka jatuh cinta dengan alasan. Sedangkan kami yang masih bertahan memutuskan untuk terus berjalan mencapai ujungnya walau selalu tertatih. Kadang saya lelah, tapi saya selalu tahu akan ada tangan yang membantu saya berdiri di sini, di BEM UI. 

Saya belajar tentang manusia, tentang kerja keras, dan semangat sebagai sebuah tim yang solid. Saya tidak akan munafik dengan mengatakan bahwa tim kami selalu baik-baik saja, rapat selalu di restoran Korea, dan selalu cukup uang untuk mengadakan sebuah acara. Kami hampir selalu berbeda pendapat, hampir saling memukul, dan air mata yang sering tumpah untuk sebuah acara, tapi saya bersyukur untuk itu karena dengan adanya hal tersebut, anggota yang tersisa semakin kuat dan kita merasa semakin dekat sebagai sebuah saudara, hingga akhirnya hanya ada sebuah pelukan hangat yang lama dan sebuah janji untuk terus menjadi keluarga.

Apabila saya tahu kalau menjadi anggota BEM UI akan begitu melelahkan, menguras emosi, dana, dan juga perang ide, mungkin saya akan undur diri. Namun masalahnya saya tidak tahu dan tidak pernah mau tahu karena saya sudah jatuh cinta terlebih dahulu. 

Saya akan terus mengingat kita dalam hati saya. Setiap nama dan semua karya yang pernah dibuat adalah sejarah yang akan terus saya kenang. Kapal yang hanya diam di dalam pelabuhan adalah kapal yang aman, tapi bukan untuk itu sebuah kapal diciptakan. Setiap individu di dalam BEM akan terus berlayar menuju lautan yang lebih luas.

BEM UI 2012, berlayarlah, terus berlayar...