Kamis, 19 September 2013

Surat (Cinta) untuk Cinta

Cinere, 1 September 2013


Halo, Cinta Rutatiko, apa kabar? Mungkin lo akan baca surat ini pas lo udah ada di dalam burung besi di ketinggian awan sana menuju Prancis, negara yang lo impikan dari dulu. Beberapa hari yang lalu kita baru aja selebrasi atas kelulusan kita. Gue, lo, Medina, Aisis, Ciki, Joni. Kita travelmates banget nih ceritanya ya hahahaha.

Oh, sebelum gue mulai cerita, please banget, ini formatnya surat dan tolong hilangkan semua unsur-unsur intrinsik sastra dari kepala kita karena sepanjang surat ini gue hanya mau ngobrol sama lo. Jangan ada format makalah 4-4-3-3, atau latar belakang pendahuluan sama batasan penelitian skripsi, apalagi alur-alur konflik di sini. Gue cuma mau ngobrol, Cinta, mau ngobrol.... hahahaha.... *ala-ala jawab Sayur Oyong iya-tidak-bisa jadi Eat Bulaga*

Gue masih inget banget pertama kenal lo di kampus waktu gue lagi ngobrol sama Mio dan lo ada di belakang Mio kayak malu-malu gitu pengin ikutan ngobrol tapi cekikikan aja. Hahahah, gue baru tahu dari mulut lo sendiri kalo lo emang segitunya pengen temenan sama gue hahahaha. Iya-iya, Ta, gue tau lo bakal jitak gue pas baca bagian ini. Itu selalu jadi bagian yang pengin bikin lo muntah, tapi harus lo akui, semua itu penah keluar dari mulut lo, kan? 

Gue nggak ngerti sih dari mana akhirnya kita jadi deket banget, sampe akhirnya gue sering nginep di kosan Mio terus kita sering makan malam di Burjo sama Uti juga, sampe kadang kita udah capek ngobrol dan nggak sengaja ketiduran. Yap, bisa dibilang gue sangat dekat sama anak Perancis 2009 and I love Sastra Perancis 2009. Entahlah bagaimana menggambarkannya, tapi persahabatan kalian amat sangat hidup dan gue cukup iri sama kekeluargaan di jurusan kalian.

Terus yang gue inget lagi adalah kita cukup sering ketemu di Kafkor karena Raja Minyak kita, Aisis, kerjaannya beli kimbab goreng di Kafe Korea hahahaha. Kebetulan anak Kresenbud BEM 2012 sering ngumpul di Kafkor. Lo sama Ari, Fiqrie, Faisal, Ara juga suka ngumpul jadilah kita sering ngobrol. Biar gue rekap ulang, tapi maaf ya kalo salah. Karena sering banyak ngobrol dan sama-sama suka traveling dan kita pernah nggak sengaja ketemu di Bali tahun 2011 karena nginep di hotel yang sama, Balimanik Beach Inn, di daerah Kuta ya hahaha. Nggak lama tahun 2012 awal tercetus deh ide kita buat jalan ke Malang, Surbaya, Madura. Jujur, Ta, perjalanan waktu itu membuat gue yakin kalau lo, Aisis, dan Medina adalah sahabat baru gue. Apalagi dengan insiden gue hampir pingsan di Bromo, black out, hahahaha, sumpah itu kacau banget, tapi unforgetable.

Tapi serius, Ta, traveling kita ke Malang, Surabaya, Sudirman semakin membuat kita... wait? Gue nulis apa tadi, Sudirman? Demi apa Sudirman?! Maksud gue kan Madura.--Yaudah sih tinggal dihapus aja sebenernya drama banget, tapi gue males ngapusnya lagi asik ngetik gimana dong? Yaudah ya lanjut aja.--Traveling kita ke tiga kota itu membuat gue semakin tahu tentang insight, value-value yang ada di dalam kepala lo, dan juga bagaimana lo menghadapi perasaan lo yang pernah hancur. Itu sih inti traveling bagi gue. Karena gue percaya perjalanan sejauh apa pun asal ada partner yang menyenangkan, perjalanan nggak akan terasa jauh. Dan itu berlaku saat gue jalan sama kalian. Oh, I promise I'll keep those secrets thingy safe in mine. I was in your shoes, jadi tenang aja, Dahling. 

Jujur sih, Ta, kesimpulan gue tentang lo saat jalan itu adalah you are great a companion. Bukan backpacker yang menye-menye macam princess. Pun dengan Medina, nggak ada ribet-ribetnya sama sekali. Gue suka sama cewek yang sangat tough. Karena gue anaknya seneng banget menilai orang lain secara cepat, gue bisa menilai bahwa dengan sikap lo yang seperti ini, lo akan jadi orang sukses karena lo juga pekerja keras sesungguhnya.

Pulang dari Bromo, kita jadi punya ritual bertiga sama Medina, kadang Ari sama Ara ikutan juga. Kadang Aisis juga ikut walaupun suka sibuk sendiri. Jumat Curhat, oh, gue kangen banget sama Jumat Curhat kita. Setelah seminggu yang melelahkan habis kuliah dan nulis ngejar deadline dari editor, Jumat Curhat tuh semacam reward buat gue untuk curahin unek-unek. And you're my favorite trash bin hahahaha. Gue bakalan kangen wisata kuliner setiap Jumat sama lo dan nggak akan mulai curhat kalau tempat atau makanannya belum enak hahaha.

Saat nulis ini gue lagi denger lagu Hometown Glory. Sampai di bagian ini jujur gue agak galau. Bahkan mungkin gue akan galau setiap denger lagu yang ada kata-kata "cinta"-nya. Gue inget gue pernah nanya sama lo, "Ta, setiap denger lagu yang ada cinta-cintanya, lo merasa terpanggil nggak, sih?" Dan lo menjawab, "Gue udah kebiasaan karena keseringan, ada orang yang manggil 'cinta' untuk nomina atau 'Cinta' untuk pronomina karena udah kerasa bedanya banget lewat feeling." Mari kita berikan tepuk tangan yang meriah untuk anak Sastra, Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan.

Kita punya sahabat, tapi mungkin nggak sebanyak teman dekat, dan teman dekat nggak sebanyak teman-teman yang setiap hari bertemu, apalagi nggak sebanyak teman-teman yang cuma mampir datang dan pergi. Buat gue lo adalah kriteria pertama yang gue sebutkan. Gue pernah berpikir bahwa sebuah persahabatan seharusnya punya jangka waktu yang lama sebelum diputuskan apakah seseorang pantas jadi sahabat kita, tapi semakin beranjak umur, gue sadar hal itu nggak lagi perlu dipikirkan. Lo, Medina, Aisis, dan Ari Dewayanti adalah sahabat baru gue.

At the end, gue mau mengucapkan terima kasih untuk persahabatan kita, untuk Jumat Curhat kita, untuk jalan-jalan ke Malang, Surabaya, Madura kita, untuk curhatan dan ketawa kita tiap malam di Burjo, untuk motivasi yang selalu lo kasih buat gue setiap Jumat Curhat, untuk selalu terima-terima aja setiap gue dan Aisis nge-bully lo, untuk kesabarannya di dalam kereta dari Jakarta-Malang selama 24 jam, dan untuk sifat pemaaf lo yang luar biasa (sebab dari lo, gue belajar untuk memaafkan diri gue sendiri).

Hari ini lo akan pergi ke Prancis, tempat yang kita idam-idamkan untuk ke sana. Gue yakin gue akan ke sana suatu saat. Bahkan kalau bisa Travelmates musti ke sana semua. Terus tiba-tiba gue kebayang sama semuanya tentang kita, Ta. Duduk-duduk di Kafkor ngalor ngidul nungguin gue abisin makanan bekel yang dibuat nyokap gue, kadang lo juga ikut nyemilin. Ah gue baru inget lagi, terus pas lo sama Medina jadi asisten gue pasti lagi taping buat trailer Travel in Love sama Waskitha sama Gea dari pagi sampe malem. Dan lo yang nggak pernah absen dateng semua acara promo gue dari launching sampe talkshow ke perpus sama fakultas. Bentar, Ta, ini lagu Hometown Glory-nya keputer lagi. Berjanjilah lo akan dengar lagu ini setiap lo kangen rumah karena gue semakin kangen sama lo setiap denger ini Adele nyanyi kayak mau nangis. Sialan lo, Del. *ceritanya akrab*

Cinta, saat gue nggak mampu lagi untuk berpisah sama salah satu terbaik gue, gue nggak tahan untuk lepas kacamata gue dan membenamkan wajah gue ke dalam bed cover. Dan gue nangis.
.....
.....
.....
Titik-titik di atas ceritanya jeda lagi nangis. Sebel, nggak? Baiklah Cinta, benar kata Fiqri, sebaiknya gue nggak nangis kalau nanti dadah-dadah sama lo di bandara. Harusnya kita bahagia biar nggak memberatkan lo untuk pergi. You should go. Buat hati dan pikiran lo semakin kaya. Kita sama-sama berjuang ya. Gue yakin suatu saat entah kapan, di masa depan, kita akan ketemu lagi dan masing-masing jadi orang sukses. Cinta Rutatiko, see you at the top. Atas kesediaan Saudara membaca surat perpisahan saya, saya ucapkan terima kasih.



Salam Hormat,

D


Diego Christian