Selasa, 08 Januari 2013

Tentang BEM UI 2012...



Awal Februari di tahun 2012 ketika sedang memasuki kelas pertama di semester 6, Aisis, teman sekelas saya mengajak saya untuk masuk menjadi staff-nya di BEM UI 2012. Waktu itu Aisis baru menjabat sebagai kepala departemen Kreativitas, Kesenian, dan Kebudayaan. Butuh waktu hampir dua minggu bagi saya dan Atha untuk mengambil kesempatan itu. Organisasi sekelas BEM? Bukannya akan menyita banyak waktu? Dalam jangka waktu dua minggu saya tidak berpikir banyak, sampai akhirnya saya memberi jawaban kepada Aisis.

Sebagai penulis yang selalu menulis hampir tanpa rencana, saya selalu percaya pada dunia spiritual di dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah saya percaya benar kepada firasat, naluri, intuisi, atau entahlah apalagi nama yang sejenis dengan kata-kata tadi. Saya punya firasat yang baik ketika saya memasuki laman BEM UI 2012 di internet untuk mengunduh formulir dan membaca visi misi BEM saat itu. Dan sepertinya saya... jatuh cinta? 

Salah seorang teman saya pernah mengatakan kepada saya perihal jatuh cinta. Dia pernah bertanya kepada saya.

"Go, pernah jatuh cinta?"

"Pernah."

"Ada alasannya nggak kenapa lo bisa jatuh cinta sama seseorang."

"Ada."

"Apa aja alasannya?"

Lalu meluncurlah berbagai alasan dari mulut saya mengapa saya jatuh cinta kepada seseorang. Ketika saya sedang mengatakan berbagai alasan saya, saya melihat teman saya mengangkat sudut-sudut bibirnya tampak tersenyum. Setelah saya selesai berbicara, dia berkata begini

"Jatuh cinta itu nggak butuh alasannya, Go. Kalau lo jatuh cinta karena dia cantik, pintar, kaya, atau baik, suatu saat ketika dia berubah dengan menjadi orang yang nggak cantik, nggak pintar, nggak kaya, dan nggak baik lagi selesai kan rasa cinta lo buat dia? Jatuh cinta itu harusnya tanpa alasan, Go."

"Jadi gue harus jawab apa kalau ada yang tanya sama gue kenapa gue bisa jatuh cinta sama seseorang?"

"Karena lo nggak tahu. Dan lo nggak perlu tahu. Dengan begitu lo akan terus berjalan sama dia, tanpa tahu ujungnya lo akan dibawa ke mana sama dia."

Kemudian saya terdiam. Masih terdiam di depan laptop saat merenung di depan formulir pendaftaran virtual staff BEM UI 2012. Saya mulai mengarahkan tangan ke atas papan kunci dan mulai mengetik. Sejak saat itu, saya sadar, saya jatuh cinta tanpa alasan kepada BEM UI.

* * *

Sepanjang tahun 2012, saya ikut menangis, ikut tertawa, ikut marah, ikut tersenyum untuk BEM UI, khususnya untuk departemen Kresenbud tempat saya bernaung. Beberapa orang harus pergi karena tampaknya mereka jatuh cinta dengan alasan. Sedangkan kami yang masih bertahan memutuskan untuk terus berjalan mencapai ujungnya walau selalu tertatih. Kadang saya lelah, tapi saya selalu tahu akan ada tangan yang membantu saya berdiri di sini, di BEM UI. 

Saya belajar tentang manusia, tentang kerja keras, dan semangat sebagai sebuah tim yang solid. Saya tidak akan munafik dengan mengatakan bahwa tim kami selalu baik-baik saja, rapat selalu di restoran Korea, dan selalu cukup uang untuk mengadakan sebuah acara. Kami hampir selalu berbeda pendapat, hampir saling memukul, dan air mata yang sering tumpah untuk sebuah acara, tapi saya bersyukur untuk itu karena dengan adanya hal tersebut, anggota yang tersisa semakin kuat dan kita merasa semakin dekat sebagai sebuah saudara, hingga akhirnya hanya ada sebuah pelukan hangat yang lama dan sebuah janji untuk terus menjadi keluarga.

Apabila saya tahu kalau menjadi anggota BEM UI akan begitu melelahkan, menguras emosi, dana, dan juga perang ide, mungkin saya akan undur diri. Namun masalahnya saya tidak tahu dan tidak pernah mau tahu karena saya sudah jatuh cinta terlebih dahulu. 

Saya akan terus mengingat kita dalam hati saya. Setiap nama dan semua karya yang pernah dibuat adalah sejarah yang akan terus saya kenang. Kapal yang hanya diam di dalam pelabuhan adalah kapal yang aman, tapi bukan untuk itu sebuah kapal diciptakan. Setiap individu di dalam BEM akan terus berlayar menuju lautan yang lebih luas.

BEM UI 2012, berlayarlah, terus berlayar...