Senin, 08 Desember 2014

Pesta Natal dan Tahun Baru

Ada banyak hal yang membuat saya selalu suka bulan Desember. Pohon Natal, hari raya, Gereja bersama keluarga, doa malam sebelum pergantian tahun, makan besar, kumpul saudara, kumpul sahabat, dan bergadang di malam tahun baru. Ditambah lagi kakak saya satu-satunya berulang tahun di tanggal 31 Desember dan dilanjutkan oleh Tante saya yang berulang tahun tanggal 1 Januar. Semua keseruan itu buat saya masih melekat tradisinya sampai hari ini. Meski keluarga besar kami berpencar di sana-sini, setiap tahun kami pasti selalu berkumpul di rumah Nenek, tanpa terkecuali.

Meski saya akui, tahun ini akan sedikit berbeda dari biasanya. Nenek saya tidak lagi tinggal di Jakarta dalam waktu dekat, sementara cuti kerja yang hampir habis dan beberapa deadline menulis membuat saya tidak mungkin berangkat ke Medan, menemui Nenek, untuk merayakan Natal dan tahun baru di sana. Kegelisahan itu lenyak seketika ketika sahabat-sahabat saya mengajak merayakan tahun baru di rumahnya. Ia akan mengadakan pesta cukup meriah dengan mengundang teman-teman terdekat saja. Tentu saja tawaran ini saya ambil, mengingat setelah doa malam pergantian tahun baru kami tidak punya acara apa-apa. Ulang tahun  kakak saya pun juga pasti sudah lewat ketika malam pergantian tahun.


Untuk itu, saya harus berpakaian berbeda. Untuk seorang penulis yang sangat spontaneous seperti saya, nggak terlalu sulit untuk mencari pakaian di online shopping saat waktu terasa mepet seperti ini. Ditambah sekarang di kantor menuju akhir tahun pekerjaan semakin mepet dan menumpuk. Semua solusinya ada di online shopping yang satu ini sih Zalor. Cukup mudah, saya memilih baju Slimfit Sail Board Print Shirt ini dari Mango Man. Dipadu dengan Chino Pants yang sebelumnya sudah saya miliki serta loafer cokelat andalan saya. Buat aksesoris, saya juga beli jam Victorinox Swiss Army di Zalora, lho. Voila, saya siap deh merayakan tahun baru pertama saya dengan sahabat! Kalau kamu beli outfit keren, tapi waktu terbatas, coba buka aja di sini. Outfit yang bagus membuat kepercayaan diri kita meningkat, perayaan tahun baru pun akan semakin meriah jadinya! J

Selasa, 21 Oktober 2014

Pada Suatu Hari di Kuta



 
1
kamu pernah duduk menghadap
matahari kuta yang hampir terbenam
di sini, di atas pasir yang kududuki
kamu, dalam bayang tenggelam yang temaram




inikah pulau yang menginspirasimu?
dari nusa dua hingga lovina
ubud sampai kintamani lalu
kita berdua berbagi setiap jejak

aku mendengar setiap bisikkanmu
yang kautinggalkan pada
setiap bisik mengantarku
pada ketiadaanmu

tetiba kubuka hatimu berisi pasir
yang terbawa ke dalamnya
kugenggam halus kemudian terbangku
kembali pada suatu hari di kuta

2
suatu hari di kuta kamu
berbisik kepadaku tentang harta
karun di dalam hati, lalu kamu
mengajakku bertualang

menyusuri uluwatu yang damai
melihat gelegar samudera hindia
bercengkerama dengan ekor panjang
dan nikmatnya berjalan sepanjang ubud

suatu hari di kuta kamu
bercerita kepadaku tentang makna
hidup dan cinta dan jiwa dan
kehilangan, kamu lalu hilang

menyusuri senja yang dramatis
di bawah lembayung dan gugurnya
daun kemboja kamu berbisikku
suatu hari di kuta, kita berdua
jatuh cinta

Senin, 06 Oktober 2014

Kepada Gema-gema di Udara tentang Pesan yang Belum Tersampaikan

Gunung Sikunir, Dieng, 2014
     Aku tidak akan menanyakan apa kabar kepadamu terlebih dahulu karena aku yakin kau akan selalu baik-baik saja. Sebab tanpa perlu kau tahu, aku selalu mendoakan untuk kesehatanmu setiap malam.

            Apa saja yang sudah terjadi ke dalam hidupmu belakangan ini? Apa kabar Ibumu? Apa kabar adikmu? Bagaimana kehidupan barumu?

            Adakah kau memikirkan hal yang sama tentangku, saat aku memikirkan tentangmu di waktu-waktu tertentu?

            Aku selalu mengingat tentangmu saat kita berdua duduk di atas bukit itu. Memandang lampu rumah penduduk seraya kunang-kunang yang sedang bersemayam di lembah bukit. Atau ketika aku mengantarmu ke rumah sakit saat kau tak berdaya setelah semalaman menggigil karena disentri yang kau derita. Adakah yang lebih menyakitkan selain melihat orang yang kaucintai menderita? Aku terbangun tengah malam, menggoyang tubuhmu hanya agar aku tahu bahwa kau masih sadar. Aku keluar dari dalam selimut yang membungkus kita berdua. Dengan celana pendek dan kaus tipis, aku menggigil kedinginan di tengah malam dengan kabut pekat dari jendela kamarmu dan udara dingin yang menusuk. Malam itu sepi, hanya ada suara menggigilmu yang menggugu dan juga suara tanganku yang sedang sibuk menyobek plastik obat untukmu. Aku berjalan ke sudut ruangan dan menyeduh segelas teh untukmu. Aku meletakkan gelas dan sebutir obat demam di atas meja kopi milikmu, kukeluarkan jaket hangat dari dalam tas milikku dan kubungkus dirimu di dalam sana. Agar kau sehangat berada di dalam perut Ibu, berteman dengan amnion dan tembuni.

            Malam semakin larut. Setelah mengucapkan terima kasih dengan suara parau kau semakin lelap. Aku berusaha memelukmu agar kau semakin hangat. Ketika cahaya matahari pagi menepuk lembut wajahku, tanganmu yang sebesar gada yang biasanya merengkuhku masih membungkus tanganku.

            “Kau membaca buku saja dari tadi?” tanyanya.

            “Membaca buku itu seperti bermimpi dengan mata terbuka,” jawabku. “Kau sendiri selalu saja pergi berpetualang.”

            “Berpetualang itu menjadikan kamu pribadi yang lebih baik lagi. Suatu hari kau harus ikut bersamaku pergi.”

            Aku memutar kedua bola mataku dan melanjutkan bacaanku. Kita berdua tahu, aku tidak terlalu suka berpetualang dan kau tidak tidak terlalu suka membaca buku.

            Pesan ini belum juga sampai kepadamu. Tentang isi hati yang sudah pasti, tapi belum juga kau tahu. Hanya sekadar memastikan bahwa rasa yang merelung di dalam ini bukan sekadar teman baik atau sahabat. Ini perasaan yang rasa-rasanya seperti: 1) Aku ingin menatap kedua matamu setiap aku membuka mata di pagi hari; 2) Aku ingin menyadari bahwa kedua tanganmu yang sebesar gada itu masih merengkuh kedua tanganku yang beku; 3) Aku ingin terbangun setiap malam saat kau menggigil dan memberimu segelas air putih dan sebutir obat; 4) Aku ingin jadi orang pertama di rumah saat kau pulang bekerja dari kantor (kepalaku akan menyembul dari balik tirai dapur saat mencuci piring setiap kau berteriak, “Aku pulang….” 5) Aku ingin melihat wajahmu yang disinari lampu-lampu rumah penduduk di atas bukit kota, sambil mendengar kau bercerita tentang apapun. Asal itu kau, aku tidak akan bosan mendengarnya. 6) Aku ingin selalu berbeda dan berdebat denganmu. Sebab dengan begitu aku merasa kepingan puzzle milikku ada yang melengkapi. Setiap sudut hidupku akan lengkap dengan sudut hidupmu.

            Kepada gema-gema di udara tentang pesan yang belum tersampaikan. Aku tidak ingin kau menemukan surat ini dan menemukan aku yang menulisnya. Biar saja kau tahu karena memang sudah waktunya kau untuk tahu. Seperti kita yang saling menemukan di bawah kaki gunung Sikunir saat festival Dieng beberapa waktu yang lalu tanpa kita harus saling tahu. Sebab kau tak tahu aku sengaja pergi menyusulmu meski aku tidak suka mendaki gunung hanya untuk melihat wajahmu.

            Kau masih belum juga tahu. Biarkan gema-gema di atas pemukiman penduduk tertinggi di Pulau Jawa ini yang tahu, yang menyimpan semua perasaanku yang belum juga sampai kepadamu.

            Pada saat yang tepat, kau akan mengetahuinya. Dan mungkin kita tak lagi sama.

P.S: Aku masih ingat setiap milisekon saat aku dan kau saling bertatapan di kaki Gunung Sikunir itu. Kau yang terkejut melihatku dengan pakaian lengkap mendaki gunung dan aku yang terkejut melihatmu membawa buku dengan nama penulis dan judul buku yang kutulis di dalam genggamanmu.

Senopati, 6 Oktober 2014

Selasa, 30 September 2014

Aku Ingin Pulang ke Rahim Ibu



Aku ingin pulang ke rahim ibu
aman dalam amnion
berteman tembuni, plasenta, ari-ari
aku hanya ingin pulang ke rahim ibu

kembali menjadi janin, bahkan embrio
kembali ke bulan ke-6, ke-3, pertama dalam kandungan
kembali menendang, berdenyut, lalu tenang
kembali ke kehidupan reinkarnasi sebelumnya

Aku ingin pulang ke rahim ibu
berteman aku dalam kesepian
ketika ramai orang di luar perut ibu menunggu
tiada tahu aku tidak ingin keluar berjalan

keluar menjadi bayi, remaja, manusia dewasa
keluar menghadapi problema, pilihan, keyakinan
keluar memilih cinta, harapan, luka, menang, asa
keluar dan kembali lagi ke jalan lain kehidupan

Cinere, 2013

Rabu, 10 September 2014

My First E-Book

Buat kalian yang mau bertanya-tanya apa e-Book yang pertama kali saya download dari Google Book adalah..... yeah, buku saya sendiri sih, Percaya yang diterbitkan oleh penerbit Gagas Media tahun 2012. Pertama kali saya tahu kalau semua buku GagasMedia juga dijual dalam bentuk E-Book dari seorang editor yang mengirimkan saya email berisi penawaran apakah buku saya ingin dialihkan juga ke dalam bentuk e-Book, tentu saja saya setuju. Beberapa minggu kemudian dari teman seorang penulis buku-buku dari GagasMedia sudah dapat diakses lewat Google Play Store dengan mengunduh Google Books terlebih dahulu. Jadi saya melakukan semua langkah tersebut dan voila.... saya mendapatkan buku saya dalam bentuk eletronik yang bisa saya baca kapan pun saya inginkan. 

BookLite dari Energizer
Sebelum saya mengenal e-Book dan memilikinya dalam perangkat ponsel, saya memang selalu membaca langsung dari buku yang saya keluarkan dari dalam tas saat saya berada di mobil, kendaraan umum, atau saat traveling. Kadang memang terlalu repot, apalagi jika dimensi buku tersebut besar. Bagaimana cara saya membaca buku saat gelap? Saya rutin enam bulan sekali membeli booklite untuk menerangi mata saya saat harus membaca sebelum tidur. Jika saya sulit tidur, biasanya lampu kamar saya matikan, sementara saya membaca buku dalam gelap ditemani BookLite sampai saya kelelahan dan tertidur.

Semua kerepotan saya saat membaca dengan buku fisik dapat dengan mudah ditangkis dengan satu cara mudah: e-Book. Setelah memiliki beberapa buku di dalam ponsel, kini saya bisa membaca di mana pun dan kapan pun. Meski ada saat-saat tertentu saya membiasakan membaca dengan buku fisik. Seperti di kamar mandi saat ritual panggilan alam, saya pasti membaca buku fisik, saat rehat di kantor, juga saat di dalam mobil. Dengan e-Book saya gunakan jika saya pergi ke rumah seserang dan saya bosan, tentu akan sangat tidak sopan jika tiba-tiba saya membaca buku fisik. Saya tinggal membuka ponsel dan mulai membaca e-Book. Orang pasti akan menyangka saya sedang sibuk membalas WhatsApp atau membuka Path, padahal saya sedang membaca buku. Hehehe...

Pada akhirnya, memang tidak ada yang mengalahkan nikmatnya membaca langsung dari buku, tetapi dengan adanya e-Book saya bisa membaca dalam kondisi apapun. Saya kebetulan baru melihat toko buku elktronik ini di sebuah akun instagram, namanya ElectraBookStore. Silakan mampir. Di bawah ini saya sertakan infonya ya. Selamat membaca. :)

Instagram @electrabookstore 
Twitter @electrabooks_
Line: electrabookstore
Whatsapp: +6282317643264
BBM: 29d3a51b

My Trip to Dieng Culture Festival 2014

Tahun ini, saya belum traveling ke mana-mana. Rasanya sudah lama saya ingin liburan dengan sahabat dari kampus, Medina dan Ari, karena kesibukan kami masing-masing. Akhirnya kami sepakat untuk berwisata menggunakan paket tur karena kekurangan waktu untuk mengurus segalanya sendiri dan lebih praktis. Waktu kuliah, biasanya kami sering mengatur perjalanan kami hingga terperinci. Karena saya sudah bekerja, pun dengan Medina sebagai produser di HardRock FM, sementara Ari melanjutkan studinya di PascaSarjana UI, kami akhirnya mantap memutuskan menggunakan paket tur untuk mengakomodasi liburan kami kali ini.

Tanggal 29-31 Agustus kemarin kami habiskan mengunjungi sebuah festival kebudayaan terbesar tahun ini, ke sebuah festival yang banyak didatangi wisatawan lokal dan asing selama tiga tahun terakhir. Siapa yang tidak tahu Dieng Culture Festival? Festival tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnnya karena mengadopsi rangkaian acara dari beberapa festival lainnya seperti Jazz di Atas Awan. Festival Lampion, yang kemudian dilanjutkan dengan Festival Kembang Api yang super megah. Jujur, baru kali itu saya melihat Festival Kembang Api yang termegah di Indonesia. Bahkan, Kembang Api tahunan yang disediakan Pemprov DKI Jakarta setiap malam tahun baru tidak lagi layak disebut sebagai Festival Kembang Api saat saya menyaksikannya di Dieng kala itu.

            Sayangnya, hanya Festival Kembang Api dan penerbangan lampion yang berhasil membuat saya kagum saat Dieng Culture Festival, sisanya saya tidak bisa menikmatinya. Beruntung saya mengikuti paket trip yang semuanya sudah diatur sedemikian rupa sehingga peserta tur tidak terlalu menyesal. Kami mengunjungi Telaga Warna, Teater Dieng, Kawah Candradimuka, dan summit attack ke Gunung Sikunir. Banyaknya tempat wisata yang kami kunjungi itu mewajibkan saya membawa barang-barang saya yang superbanyak. Maklum, walau sering backpacking ke banyak tempat, saya memiliki prinsip untuk lebih baik kelebihan banyak barang daripada kekurangan barang di tengah perjalanan.
 
Meski kami tidur di hotel, tapi tetap saja untuk hiking dan bepergian di alam bebas, saya harus membawa barang-barang wajib ke dalam tas yang enak dibawa ke mana-mana dan tetap ringan sebanyak apapun isi barang-barang bawaannya. Well, at least, saya cukup puas dengan barang-barang bawaan saya. Cukup banyak, lebih dari pas agaknya, dan yang pasti tidak akan kekurangan. Saya membawa tas yang tangguh dipakai ke mana pun dan memiliki kapasitas banyak. Cocok untuk saya yang sering pergi ke mana-mana. Apalagi saya menyukai perjalanan melintasi alam. Saya masih ingat beli tas ini dari Zalora. Selain cukup terjangkau, yang paling penting dari tas ini adalah memuat banyak kapasitas. Sampai sekarang tas ini masih bisa saya pakai selain untuk traveling. Kadang suka saya bawa ke kantor jika butuh banyak barang bawaan atau hendak menginap di rumah teman hehe.