Senin, 31 Maret 2014

Surat untuk Mantan


Hai, Kamu, maaf aku harus tulis lewat surat karena akan kepanjangan kalau aku nulis lewat chatting atau SMS. Kamu, semakin besar harusnya aku semakin belajar bagaimana caranya harus menghadapi hidup, bukan? Dan kamu salah satu orang yang membuat aku belajar bagaimana caranya menjadi terus kuat dan "hidup". :)


Entah kamu sadar atau nggak, aku udah 3 tahun 6 bulan hidup tanpa kamu, ketika  akhirnya kita harus saling terpisah dan hidup tanpa hubungan lagi. Ketika akhirnya kamu kuliah di Belanda, lalu kamu pulang lagi ke Jakarta dan semuanya semakin berbeda. Kadang, aku mikir, kenapa ya kita harus banget hidup dalam sebuah hubungan, lalu menggalaukan diri sendiri dan mellow? Jadi, aku baca sebuah artikel yang ditulis Sharmi Shotu kalau sebuah hubungan itu cuma tipuan dunia. Kita percaya bahwa kita telah disatukan dengan orang lain dalam proses ritual atau kata-kata, "Aku suka, jadi kamu mau jadi pacar aku?" lalu orang di depannya mengangguk dan jadian, ketimbang kita harus percaya pada hukum alam yang bilang kalau kita harus menerima dan merengkuh kesendirian kita baru setelah itu kita bisa mengalami cinta sejati. Aneh, ya? Atau aku yang tiba-tiba jadi aneh nulis begini ke kamu? Hehe.

Aku masih sayang sama Kamu, tapi sekarang sama sayangnya seperti aku sayang Mamaku, keponakanku di Duren Sawit, anjing-anjingku di rumah, buku-bukuku di rumah. Aku, pada akhirnya, belajar kalau cinta sejati akhirnya nggak pernah mengenal ikatan atau hierarki. Dan bukan mustahil kalau akhirnya aku cinta sama kamu tanpa merasa kamu harus ada dalam kehidupan aku, Kamu. 

Setelah baca tulisan Mbak Sharmi, aku tahu sekarang aku lega, Kamu. Karena aku ikhlas. Dan kamu, mantan terbaik yang pernah ada dalam hidup aku. Aku yakin masa depan kita berdua cerah. Aku harap suatu saat kita bisa lagi ngopi-ngopi tanpa rasa canngung. Atau lewatin malam bareng lagi di rumah kamu di Pondok Kopi atau di rumahku di Cinere? Atau nyanyi lagu "I Don't Miss Your Water"-nya Craig David dengan sangat soulful di dalam mobil kamu?

Akhirnya, lewat surat ini, aku cuma mau bilang, kalau akhirnya, aku bisa berjalan terus. Tiga tahun enam bulan ini, aku masih terperangkap selalu mikirin kamu dan itu membuat aku nggak bisa terima orang baru yang datang buat aku. Beberapa orang udah berkorban atas keegoisan aku dengan mempersalahkan kamu. Mulai sekarang dan baru sekarang, aku mau lepasin kamu, seperti kamu bisa lepasin aku. Aku lega akhirnya bisa nulis ini. Lega bisa sejujur ini. Kamu, aku bisa move on mulai sekarang. :)



Milikmu dalam Kemurnian,
Diego.


"Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth Bernard Batubara"