Selasa, 24 Juni 2014

Life After Campus part 2

Life After Campus
part 2

            Tahun 2014 belum berakhir. Saya hanya ingin bercerita mengenai apa yang terjadi ke dalam hidup saya akhir-akhir ini. Tahun ini adalah tahun saya banyak belajar tentang kehidupan, baik pahit maupun manis.
            Setelah lulus dari dunia kuliah bulan September tahun 2013 kemarin, saya memutuskan untuk bersenang-senang terlebih dahulu. Sebelum lulus bahkan saya sudah diterima bekerja di salah satu perusahaan trading dan forex di kawasan SCBD. Kemudian setelah menimbang-nimbang, saya menolak tawaran tersebut dan mengambil tawaran naik gunung bersama teman-teman kuliah saya. Rencananya kami akan mengenakan toga kami di atas Mahameru. Namun, rencana hanya tinggal rencana, bukan?
            Rencana menuju Semeru tetap dilaksanakan. Kami bertolak dari Stasiun Senen dan berkenalan dengan teman-teman sesama kampus yang beberapa belum saya kenal. Beberapa kali saya sudah pernah naik kereta menuju Malang, tetapi kali ini berbeda. Saya bukan berlibur untuk mendapatkan kenyamanan. Saya malah berlibur untuk naik gunung, keluar dari zona nyaman saya, mendapatkan pengalaman baru. Saya baru pernah melakukan perjalanan panjang dengan empat orang di dalam rombongan: Kak Ojan, Sopa, Rista, dan Tika. Empat orang ini bersama saya pernah mengikuti pelatihan militer di Marinir, Cilandak, sebagai persiapan untuk mengabdi di pulau terdepan dalam program Kuliah Kerja Nyata dari almamater kampus kami. Kami berlima menuju pulau-pulau kecil di Kalimantan. Beberapa sisanya adalah teman kampus yang belum pernah berjalan bersama saya sejauh ini.
            Sampai di Malang, kami naik sebuah mobil menuju Tumpang, lalu dilanjutkan dengan menyewa sebuah jeep lagi ke Desa Ranu Pani. Sepanjang perjalanan saya mengingat semua yang lihat, saya rasakan, ke dalam hati saya. Kami melewati pemandangan Gunung Bromo, sempat berhenti sebentar, lalu kembali berceloteh tentang betapa hebatnya film 5cm. Kami mengobrol satu sama lain, saling berkenalan dan bercanda. Sampai di Ranu Pani, kami melanjutkan perjalanan untuk membayar tanda masuk dan beristirahat sejenak di sebuah kedai. Hari hampir malam, gelap mulai terasa saat kami memutuskan berjalan menuju Ranu Kumbolo. Sebelum memasuki gerbang perjalanan, saya mendongak ke atas dan melihat sebuah bintang jatuh. Saya memasukkan tangan ke dalam saku dan berharap penuh untuk karier menulis saya ke depannya. Sambil menunggu kawan-kawan kami mengurus tanda masuk yang sepertinya belum ada keputusan yang baik dari phak Taman Nasional, saya duduk bersandar pada carrier saya sambil menatap langit malam yang jernih di atas kepala saya, siapa tahu ada…. bintang jatuh baru saja jatuh untuk kedua kalinya. Dan ketika saya berjalan melangkah ke Ranu Kumbolo, bintang yang ketiga jatuh kembali.
            Satu hal yang pasti selama perjalanan saya menuju Gunung Semeru: perjuangan. saya betul-betul berjuang untuk terus berjalan dengan memanggul beratnya carrier di atas pundak saya. Sampai kami bermalam di Ranu Kumbolo, melewati Bukit Cinta, melewati padang Ora-Ora Ombo, terus sampai ke Kalimati. Pergelangan kaki saya sempat terluka dalam sehingga sesekali saya berjalan dengan diseret atau melompat, belum lagi ditambah udara dingin yang kadang membuat saya ngilu karenanya.
            Pagi itu saya bangun di Kalimati setelah badai dingin yang membuat tenda kami bergoyang-goyang hebat, belum lagi ditambah suara hewan malam, dan berisiknya suara angin ribut membuat pagi yang tenang ini terasa damai. Saya sedang minum teh hangat dengan siraman hangat sinar matahari yang membanjur di tubuh saya. Beberapa teman yang tidak ikut ke Mahameru sejak semalam mengajak saya membuat sarapan. Pagi ini kami berjaya karena porsi makan yang biasanya untuk 13 orang kini kami siapkan hanya untuk 4 orang. Seperti saya bilang di awal, rencana hanyalah rencana, bukan? Saya tidak diperbolehkan naik ke Mahameru karena kondisi kaki saya yang tidak juga membaik. Rombongan kami dibekali dengan dua orang ranger. Salah seorang di antaranya menamni kami bertiga yang tidak naik ke Mahameru. Saya menyadari bahwa ada saatnya ketika pertama kali memutuskan untuk keluar dari zona nyaman, saya merasa gagal di bagian tertentu di tengah-tengah perjalanan. Bagian ini adalah bagian tersebut, tetapi entah mengapa saya tidak merasa gagal. saya tidak menyesal. Mengapa? Karena saya sudah berani keluar dari zona nyaman saya, memutuskan melangkah, terus berjalan, meski tidak menuju puncak.
           
*  *  *

            Apa hal yang relevan dari perjalanan saya menuju Semeru adalah kesamaan dengan perjalanan saya merintis karier di sebuah perusahaan media. Saya masuk ke dalam dunia baru: dunia kerja. Ini adalah kehidupan baru saya setelah keluar dari almamater kampus. Teman-teman baru, tugas baru, dan tujuan baru. NET TV adalah tempat saya saling memilih dan dipilih bagi saya untuk belajar keluar dari zona nyaman.
            Menulis tetap saya kerjakan sebab saya sudah memiliki jejak karier di dunia yang membasarkan nama saya sebagai penulis. Saya masih tetap menulis novel dan kontrak menulis dengan beberapa penerbit juga masih ada. Saya masih menyanggupi untuk menghadiri talkshow di radio-radio, festival buku, atau undangan kumpul penulis untuk berbagi cerita tentang wawasan menulis atau bahkan cerita-cerita ringan.
            Apa yang saya dapatkan dengan hidup di dunia kerja? saya belajar sabar, saya belajar memahami karakter manusia, saya belajar tekun, dan saya belajar untuk menyukai hal yang saya kerjakan. Posisi saya sebagai kreatif memaksa saya untuk bekerja serabutan. Tiga bulan pertama saya menjadi reporter untuk sebuah program News Entertainment. Tiga bulan kedua saya menjadi kreatif yang menulis skrip dan talent coordinator. Triwulan kedua ini adalah saat-saat di mana pergelanagan kaki saya seketika terluka, tidak mampu melanjutkan berjalan lagi menuju puncak, dan memutuskan berhenti. Di Semeru, saya menyadari bahwa ada saatnya ketika pertama kali memutuskan untuk keluar dari zona nyaman, saya merasa gagal di bagian tertentu di tengah-tengah perjalanan. Maka, saya memutuskan berhenti ketika saya sadar saya berada di sebuah UGD rumah sakit karena kelelahan bekerja. Saat itu Semesta menyuruh saya untuk berhenti. Saya benar-benar berhenti sesaat.

* * *

            Jeda libur tiga bulan saya lakukan dengan mengambil tawaran untuk pindah ke sebuah penerbit yang saya impikan. Saya hampir memutuskan untuk menjadi penulis penuh waktu sebelum akhirnya sadar, saya tidak bisa sepenuhnya bebas. Saya harus bekerja di bidang yang saya sukai. Kini, sambil menulis saya bekerja kembali di sebuah perusahaan advertising sebagai penulis konten di daerah Senopati. Ini adalah bagian dalam perjalanan saya dari kehidupan baru pascakuliah. Saya punya keyakinan bahwa apa yang saya jalani adalah jalan saya menuju puncak. Sebab, suatu hari, saya akan kembali dan berada di Mahameru.

Kamis, 12 Juni 2014

My Guilty Pleasure with Zalora

            Setelah lulus kuliah dan menghadapi dunia kerja, saya tahu ada banyak hal yang akan saya alami. Saya akan bertemu dengan dunia yang benar-benar berbeda dengan dunia kuliah. Jam biologis akan berubah. Waktu bersama keluarga dan sahabat mungkin akan berkurang karena bekerja. Sebenarnya, kalaupun tidak bekerja di kantoran, saya masih bisa melakukan rutinitas saya sebagai penulis novel, apalagi saat itu saya mendapat kontrak baru dari editor saya untuk buku berikutnya. Namun, saya pikir bekerja kantoran waktu itu tidak ada salahnya juga untuk dicoba, hitung-hitung menambah pengalaman saya di dunia yang baru.
Seragam kantor yang eugh.. boring!

            Bulan Oktober 2013 saya mulai bekerja di salah satu kantor televisi swasta di daerah Kuningan, Jakarta Pusat. Saya menyukai pekerjaan saya dan apalagi sebelum bekerja kami diwajibkan mengikuti latihan militer bersama 250-an orang rekan kantor. Jam kantor saya tidak merutinkan pegawainya harus bekerja Senin-Jumat dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore, meski kadang dalam seminggu kami mendapatkan libur satu sampai dua hari (yang pasti libur dua harinya sangat jarang). Daripada mengeluh mengenai jam kerja di kantor saya waktu itu, saya mencoba mencari hal-hal yang menyenangkan: teman-teman kantor, tempat kuliner yang melimpah di dekat kantor, dan…. bebas memakai baju apapun setiap hari Sabtu dan Minggu.
 
            Memang, kami diwajibkan memakai seragam kantor berupa polo shirt berwarna biru navy setiap Senin sampai Jumat, tetapi setiap Sabtu dan Minggu kami bebas memakai baju apapun. Tahu, kan, pergaulan anak TV seperti apa? Tentu Sabtu Minggu jadi ajang runway para karyawan kantor. Baik pria maupun wanita, memakai pakaian yang nyaman dan bagus adalah kewajiban setiap Sabtu atau Minggu. Hal ini juga bertujuan untuk menjunjung efisiensi dalam bekerja dan bersenang-senang. Dalam bekerja, tentu kita akan merasa nyaman memakai outfit yang bagus. Baju kantor yang saya pakai bisa digunakan sepulang kantor jika ingin berkumpul bersama teman di hari Sabtu atau beribadah ke Gereja bersama keluarga di hari Minggu. Saya cukup satu kali pakai baju yang sama untuk bekerja dan berkumpul di satu hari tersebut.

            Setelah saya memperoleh pemasukan sendiri, saya pikir baju saya rasanya hanya itu-itu saja. Teman-teman laki-laki dan perempuan di kantor saya menyarankan agar saya menjadi member di Zalora, salah satu online store yang menjual kebutuhan fashion from head to toe. Sebagai penulis, saya hanya pernah melakukan transaksi pembelian barang online di toko buku online, selebihnya tidak pernah. Alasannya karena saya takut barangnya tidak sesuai dengan foto yang dipajang, ukurannya tidak sama, dan semacamnya. Kekhawatiran saya ditanggapi santai oleh teman-teman saya. Di Zalora, kita bisa mengembalikan barang dan ditukar jika memang tidak puas. Untuk ukuran pun, ada ukuran yang disediakan tidak hanya dalam ukuran reguler tetapi juga dengan sentimeter (cm) jadi saya punya ukuran yang pasti mengenai produk yang akan saya beli.

Long Sleeve Denim Shirt with Shadow Pocket
            Jadi, saya pun sign up dan betapa terkejutnya saya bahwa saya mendapat voucher senilai 150.000 rupiah untuk member yang baru mendaftar. Saya melihat-lihat sebentar dan ternyata saya kelabakan memilih barang-barangnya. Ada begitu banyak produk yang bukan hanya bagus, tetapi juga murah meriah untuk pegawai kantoran yang baru masuk bekerja seperti saya. Kalau biasanya saya kesulitan mencari referensi fashion untuk laki-laki, di Zalora ada banyaaaaaakk sekali referensi dari ujung kepala sampai kaki. Setelah melakukan virtual shopping di Zalora selama satu jam, saya memutuskan untuk membeli sebuah kemeja Long Sleeve DenimShirt with Shadow Pocket dan dua pasang sepatu dari Twenty Four 01, Philip Deck Shoes dan Justin Sneakers.

            Yang membuat saya tambah senang karena selain bisa membayar secara online, Zalora juga menyediakan sistem COD (Cash on Delivery), jadi saat barang sudah sampai di tangan dalam tiga hari kerja, baru dibayar (pakai uang pas ya, kasihan abang kurirnya kalau harus kasih kembalian). Hal itu membuat kepercayaan saya naik berlipat-lipat kepada Zalora. Saya membuka kotak yang diberikan Zalora dan yang membuat saya tambah terkejut lagi, saya mendapatkan Lucky Jackpot yang berisi voucher diskon 15% di Zalora. Wuih!

          Zalora juga menyediakan Brand Ambassador Program. Kurang lebih sistemnya sama seperti Multi Level Marketing yang biasa kita kenal. Semakin banyak mengajak member lain menjadi down line kita, semakin banyak kesempatan kita mendapat diskonan bahkan tidak menutup kemungkinan kita bisa berbelanja gratis di Zalora.


I got Lucky Jackpot! Yeay!
            Sebentar lagi Lebaran tiba, saya memang tidak merayakan Lebaran, tapi keluarga besar saya merayakannya. Saya pun tidak kelewatan mengikuti tradisi membeli baju baru untuk Lebaran. Pilihan saya tentu kembali membeli barang-barang oke punya di Zalora. Tunggu apalagi, sign up and get 150.000 rupiah for free!