Udah lama banget nggak update blog ini. Sekarang gue lagi di Thailand untuk kerjaan for good di sini. Update kabar sejenak ya, buku keempat gue, Kepada Gema, udah terbit bulan Februari lalu, bertepatan dengan hari Valentine. Puji Tuhan, sejauh ini respons pembaca positif. Gue nggak sungkan untuk menerima masukan ya.
Update berikutnya, gue baru aja resign dari Lion and Lion. Sekarang gue bekerja di Thailand untuk sebuah perusahaan digital startup gitu. Seru deh, kapan-kapan gue ceritain tentang kantor gue ini. Dan yes, gue juga kepikiran untuk bikin review traveling ala-ala gitu deh. Gue akan mulai dengan ngereview jalan-jalan cilik gue di sekitaran Bangkok.
Untuk kali ini, gue mau publikasiin wawancara gue dengan Hana, salah satu anggota Komunitas Logika Rasa, sebuah komunitas menulis yang lagi hits di kalangan anak muda. Mereka keren banget sih menurut gue. Didirikan oleh Alldo Fellix Januardy dan Muthia Zahra Ferani, komunitas ini udah diundnag di ASEAN Literary Festival 2015 dan 2016.
Semoga hasil wawancara ini bisa membantu teman-teman yang baru menulis yah! :)
Halo Bang Diego! Saya
Hana B. Adiningsih, mahasiswa semester 4 Fakultas Psikologi UI. Dari lembar
wawancara ini, informasi yang Bang Diego berikan hanya akan digunakan untuk
kepentingan tugas Psikologi Pendidikan Karir saja. Berikut
pertanyaan-pertanyaannya:
1. Sejak kapan Bang Diego menulis? Apa yang membuat Abang tertarik untuk
jadi penulis?
Kalau
menulis lucu-lucuan, aku sudah menulis diary dari kelas 4 SD. Aku mulai menulis
serius sejak kelas 5 SD. Waktu itu aku mulai menulis puisi. SMP, aku mulai
menulis cerita pendek. Saat itu aku punya mentor namanya Ibu Ani. Setelah saat
itu aku berpikir betapa pentingnya punya mentor dalam menulis. Waktu SMP, aku
lapar banget dalam membaca dan buku yang kubaca saat itu adalah buku-bukunya
Chairul Anwar dan Sapardi Djoko Damono.
2. Bagaimana perjuangan Abang sebelum
akhirnya menerbitkan novel pertama?
Wow, itu
salah satu perjuangan yang cukup berat dalam hidup aku. Buku pertama aku, Percaya, ditolak sama beberapa penerbit sebelum akhirnya diterbitkan Gagas Media.
Ada satu orang editor terkenal dari Gagas Media namanya Christian Simamora,
tapi semua orang manggil beliau Abang. Abang berjasa banget dalam karier
menulisku. Waktu itu karena sudah pasrah karena ditolak beberapa penerbit, aku
nyamperin Abang setelah seminar menulis di FIB UI. Aku datang dengan jilidan
novel, biodata penulis, sasaran pembaca, dan kompetitor penulis. Seminggu
kemudian aku dipanggil Abang kalau novelku belum layak terbit, aku nangis
karena aku sudah mau nyerah rasanya dan bukan penolakan lagi yang mau aku
dengar. Abang terus tanya kenapa aku mau tulis, lalu sambil nangis aku bilang
untuk menyenangkan Mama Papa. Jadilah sepanjang sore itu aku belajar menulis
plot serta kerangka cerita. Aku disuruh baca 40 novel yang sesuai dengan genre
aku. Baru 1,5 tahun kemudian, novelku diterbitkan oleh penerbit Gagas Media. J
3. Sebagai lulusan Sastra Indonesia UI, apakah bidang studi tersebut
membantu atau justru menghambat dalam mencapai tujuan sebagai penulis?
Sangat.
Aku jadi bisa mengklasifikasikan novel-novel bagus yang perlu aku baca. J
4. Apa saja hal yang Bang Diego lakukan untuk meningkatkan kemampuan
menulis?
Rajin
membaca banyak buku bagus, ketemu sama penulis-penulis bagus untuk berbagi
ilmu, rajin menulis, dan rajin sharing soal menulis kepada siapa pun: penulis
baru dan penulis lama.
5. Ceritakan bagaimana proses penulisan novel menurut pengalaman Anda
(Contoh: menentukan premis dahulu, dst.)
Aku
selalu bikin plot dan kerangkanya dulu, biodata tokoh, ujungnya akan seperti
apa, baca banyak buku yang terkait isu tersebut, rajin-rajin riset, dan
biasanya aku suka tinggal lama untuk berpikir banyak hal secara matang untuk
buku tersebut.
6. Pernahkah Abang merasa kesulitan dalam menulis? Apa yang membuat Abang
konsisten menulis hingga mampu menyelesaikan 4 buku sampai saat ini?
Pernah
dong, tapi entah kenapa aku harus menyelesaikannya. Sama kayak jatuh cinta, ada
saja kendalanya, tapi semuanya jadi mudah karena kita cinta sama sesuatu itu.
Proses nggak pernah menyerah sama jatuh cinta akan sesuatu itu yang kita sebut
passion.
7. Apakah ada dukungan keluarga, teman, komunitas, dsb. dalam hal menulis?
Seperti apa bentuk dukungannya?
Pasti
dong. Aku selalu menyebut mereka dengan nama Best Support System. Tanpa mereka
yang percaya akan kemampuan aku kalau aku bisa, mungkin aku bukan Diego yang
sekarang. Dukungan terbesar dalam bentuk doa. Sisanya aku didukung dengan mereka yang telah membeli
buku aku, datang ke launching, kasih saran dan masukan setelah
mereka baca novel aku, dsb.
8. Apa yang Anda sukai dari pekerjaan menulis? Mengapa?
Aku
nggak tahu kenapa aku suka. Kayak suka sama seseorang saja. Harusnya kita nggak boleh
tahu kenapa kita suka. Kalau kamu suka sama seorang cowok karena dia ganteng,
pintar, atau kaya. Suatu hari dia nggak lagi cakep, kaya, atau pintar, maka
selesai juga kan rasa suka kamu sama dia. Buat aku menulis nggak perlu alasan
kenapa aku suka menulis. Sama seperti jatuh cinta.
9. Apa yang Anda tidak sukai (hambatan) dari pekerjaan menulis? Mengapa?
Ini
sebenarnya cuma mitos yang banyak penulis buat sendiri, writer’s block. WB ini
adalah kondisi di mana kita benar-benar stuck untuk tulis apa lagi. WB ini
sebenarnya bisa kita lawan kok.
10. Apa tindakan Anda untuk menghadapi hal-hal yang Anda tidak sukai tadi?
Seimbangkan
diri antara bekerja, menulis, bersosialisasi, dan bersenang-senang.
11. Saya lihat di laman Goodreads, Abang pernah menjadi salah satu dari 9
Penulis Pendatang Baru Terbaik menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif dan menjadi juara pertama NouraBooks Academy, bagaimana kisahnya Abang
bisa meraih penghargaan tersebut?
Untuk
penghargaan dari Kemenparekraf itu kebetulan waktu itu ada acara yang bernama
Kompetisi Tulis Nusantara yang diadakan oleh Kemenparekraf. Tiap penerbit harus
mengirim beberapa novel yang potensial untuk diikutsertakan dalam penghargaan
tersebut. Kebetulan aku yang mewakili penerbitku saat itu, nggak aku sangka aku
meraih penghargaan sebagai 9 Penulis Pendatang Baru Terbaik.
Untuk
juara satu Mizan, aku kebetulan iseng ikutan bareng Aditia Yudis ikut karantina menulis
novel dari anak penerbit Mizan yang baru, Noura Books. Jadi kami harus menulis
novel selama 30 hari dan hanya juara 1 – 3 yang novelnya diterbitkan.
Beruntungnya, aku juara 1 saat itu, jadi diterbitkan. Hehe.
12. Menurut Abang, kompetensi apa saja yang harus dimiliki untuk jadi seorang
penulis yang baik?
Kemampuan
stalking yang baik hehehe (jadi mata-mata dan pemerhati yang baik). Rajin
membaca buku dan perbanyak diri dengan baca hal yang kita nggak pernah tahu
sebelumnya (baca koran will be a good idea). J
13. Selain menjadi penulis, apa pekerjaan Abang? Mengapa Abang memilih dua
(atau lebih) pekerjaan tersebut?
By day,
I am a PR Manager. By night, I’m a novel writer. Karena aku merasa aku seorang
ambivert. Aku bisa membagi diri menjadi introvert dan ekstrovert di saat yang
hampir bersamaan. Saat siang, aku jadi ekstrovert, saat malam aku jadi introvert.
Masalahnya adalah, aku suka jadi dua pribadi tersebut. Aku suka bersosialisasi dan
bertemu orang, di lain sisi aku suka duduk sendiri dan memikirkan jalan hidup
orang lain di dalam tulisan.
Moto
hidup aku adalah: You are same today as you’ll be in five years except for two
things: the books you read and the people you meet. J
14. Bagaimana cara Abang menyeimbangkan dua pekerjaan tersebut?
Untuk
sesuatu yang kamu cinta, eventhough you don’t have time, you will make time.
15. Apa cita-cita Bang Diego ke depannya terkait bidang kepenulisan?
Terkait
bidang penulisan, aku mau menulis buku sebanyak yang aku bisa. Selain itu, aku
mau punya perpustakaan sendiri. J
Terima kasih banyak Bang Diego atas kebaikannya, semoga
sukses selalu J