Kamis, 05 April 2012

Minggu, 01 April 2012

Hadiah untuk Abadi

Halo Abadi, sudah lama aku tidak berbicara hati ke hati denganmu. Sekarang hari ulangtahunmu, bukan? Jadi, lebih baik aku menghadiahkanmu cerita-cerita yang mungkin kau lewatkan atau perasaan-perasaan tentang kita dulu yang pernah tidak sengaja terlewatkan. Sebelumnya, aku minta maaf kalau aku sebut namamu dengan Abadi di sini. Tidak ada yang tahu nama tengahmu Abadi, bukan?

Dulu sekali, aku pernah tinggal sementara di jalan Abadi. Bukankah itu nama tengah yang tidak pernah suka kausebutkan. "Halo, Abadi, bagaimana kabarmu?" Aku selalu menyapamu begitu setiap kali kamu mengantarku pergi ke sekolah, ke mana pun sesaat aku duduk di sampingmu di kemudi mobil. Masih ingatkah kamu saat pulang sekolah saat aku bertemu seorang ibu di atas metromini. Ibu itu bercerita sebuah kerinduan terhadap anaknya yang kuliah di Prancis. Aku bilang aku mau sekolah di Prancis waktu itu kepadamu, entah sekolah apa. Sekarang aku sudah tahu aku mau sekolah apa di Prancis, aku mau sekolah menulis kreatif di Sorbonne, Abadi. Ibu yang mengajakku mengobrol di atas metromini itu membuatku rindu ibuku sendiri yang setiap hari sedang mengurus rumah baru di Cinere bersama Ayah. Aku tidak pernah sabar bagaimana rupa rumah baruku waktu itu.

Bagaimana kabar ibumu, adikmu, juga ayahmu, dan... daerah perumahanmu? Aku masih terus bertanya-tanya bagaimana banyak kebetulan yang terjadi dalam kehidupan kita. Lingkungan perumahanmu yang membuatku deja vu, ternyata teman kecilku adalah tetanggamu waktu itu, Greg. Lagu kesukaan kita bersama yang sering berkumandang di mana pun kita berada, You Don't Miss Your Water yang dinyanyikan Craig David. Masih menyimpan burung-burung bangau dari origami yang kubuat?

Kuharap kau masih menyimpan semua cerita kebetulan yang kurangkum di dalam kertas-kertas lipat yang kubentuk menjadi burung-burung bangau tersebut. Aku minta maaf jika selama berhubungan denganmu aku lebih menyukai duduk diam di sampingmu sambil menatap pemandangan dari kaca jendela mobilmu. Kurasa saat itu hubungan kita tidak akan pernah selesai sehingga aku ingin lebih banyak menghabiskan pemandangan yang menarik di sampingku. Jika dan hanya jika aku tahu waktu yang kita miliki secepat itu, aku ingin banyak menghabiskan pandangan mata hanya denganmu. Semua pelukan, ciuman hangat, kecupan kecil di pipi, tiga tahun yang lalu tetapi semuanya masih terasa jelas dalam ingatan.

Sekarang kita punya dunia yang berbeda, bolehkan aku miliki setidaknya lima menit lagi bersama denganmu di dalam mobilmu. Satu menit untuk mengucapkan selamat ulang tahun, tiga menit lagi untuk memelukmu, satu menit yang tersisa untuk mencium pipimu, dan satu menit lagi untuk memandangmu sebelum kita kembali lagi pada dunia masing-masing. Aku masih sayang kepadamu, tapi mungkin kini dengan cara yang berbeda. Masih ada sebagian tentang dirimu di sebuah ruang dalam hatiku. Mungkin suatu saat, di masa depan, kita akan bertemu di suatu persimpangan, kita mungkin akan berdiri tertegun kemudian melambaikan tangan sambil tersenyum, atau kita akan berdiri tertegun, saling menghampiri lalu bergandengan tangan berjalan bersama.