Jumat, 22 April 2016

Wawancara Proses Kreatif Menulis Diego Christian

Haloooo.....

Udah lama banget nggak update blog ini. Sekarang gue lagi di Thailand untuk kerjaan for good di sini. Update kabar sejenak ya, buku keempat gue, Kepada Gema, udah terbit bulan Februari lalu, bertepatan dengan hari Valentine. Puji Tuhan, sejauh ini respons pembaca positif. Gue nggak sungkan untuk menerima masukan ya.

Update berikutnya, gue baru aja resign dari Lion and Lion. Sekarang gue bekerja di Thailand untuk sebuah perusahaan digital startup gitu. Seru deh, kapan-kapan gue ceritain tentang kantor gue ini. Dan yes, gue juga kepikiran untuk bikin review traveling ala-ala gitu deh. Gue akan mulai dengan ngereview jalan-jalan cilik gue di sekitaran Bangkok. 

Untuk kali ini, gue mau publikasiin wawancara gue dengan Hana, salah satu anggota Komunitas Logika Rasa, sebuah komunitas menulis yang lagi hits di kalangan anak muda. Mereka keren banget sih menurut gue. Didirikan oleh Alldo Fellix Januardy dan Muthia Zahra Ferani, komunitas ini udah diundnag di ASEAN Literary Festival 2015 dan 2016.

Semoga hasil wawancara ini bisa membantu teman-teman yang baru menulis yah! :)



Halo Bang Diego! Saya Hana B. Adiningsih, mahasiswa semester 4 Fakultas Psikologi UI. Dari lembar wawancara ini, informasi yang Bang Diego berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan tugas Psikologi Pendidikan Karir saja. Berikut pertanyaan-pertanyaannya:

1.      Sejak kapan Bang Diego menulis? Apa yang membuat Abang tertarik untuk jadi penulis?

Kalau menulis lucu-lucuan, aku sudah menulis diary dari kelas 4 SD. Aku mulai menulis serius sejak kelas 5 SD. Waktu itu aku mulai menulis puisi. SMP, aku mulai menulis cerita pendek. Saat itu aku punya mentor namanya Ibu Ani. Setelah saat itu aku berpikir betapa pentingnya punya mentor dalam menulis. Waktu SMP, aku lapar banget dalam membaca dan buku yang kubaca saat itu adalah buku-bukunya Chairul Anwar dan Sapardi Djoko Damono.



2.      Bagaimana perjuangan Abang  sebelum akhirnya menerbitkan novel pertama?

Wow, itu salah satu perjuangan yang cukup berat dalam hidup aku. Buku pertama aku, Percaya, ditolak sama beberapa penerbit sebelum akhirnya diterbitkan Gagas Media. Ada satu orang editor terkenal dari Gagas Media namanya Christian Simamora, tapi semua orang manggil beliau Abang. Abang berjasa banget dalam karier menulisku. Waktu itu karena sudah pasrah karena ditolak beberapa penerbit, aku nyamperin Abang setelah seminar menulis di FIB UI. Aku datang dengan jilidan novel, biodata penulis, sasaran pembaca, dan kompetitor penulis. Seminggu kemudian aku dipanggil Abang kalau novelku belum layak terbit, aku nangis karena aku sudah mau nyerah rasanya dan bukan penolakan lagi yang mau aku dengar. Abang terus tanya kenapa aku mau tulis, lalu sambil nangis aku bilang untuk menyenangkan Mama Papa. Jadilah sepanjang sore itu aku belajar menulis plot serta kerangka cerita. Aku disuruh baca 40 novel yang sesuai dengan genre aku. Baru 1,5 tahun kemudian, novelku diterbitkan oleh penerbit Gagas Media. J



3.      Sebagai lulusan Sastra Indonesia UI, apakah bidang studi tersebut membantu atau justru menghambat dalam mencapai tujuan sebagai penulis?

Sangat. Aku jadi bisa mengklasifikasikan novel-novel bagus yang perlu aku baca. J



4.      Apa saja hal yang Bang Diego lakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis?

Rajin membaca banyak buku bagus, ketemu sama penulis-penulis bagus untuk berbagi ilmu, rajin menulis, dan rajin sharing soal menulis kepada siapa pun: penulis baru dan penulis lama.



5.      Ceritakan bagaimana proses penulisan novel menurut pengalaman Anda (Contoh: menentukan premis dahulu, dst.)

Aku selalu bikin plot dan kerangkanya dulu, biodata tokoh, ujungnya akan seperti apa, baca banyak buku yang terkait isu tersebut, rajin-rajin riset, dan biasanya aku suka tinggal lama untuk berpikir banyak hal secara matang untuk buku tersebut.



6.      Pernahkah Abang merasa kesulitan dalam menulis? Apa yang membuat Abang konsisten menulis hingga mampu menyelesaikan 4 buku sampai saat ini?

Pernah dong, tapi entah kenapa aku harus menyelesaikannya. Sama kayak jatuh cinta, ada saja kendalanya, tapi semuanya jadi mudah karena kita cinta sama sesuatu itu. Proses nggak pernah menyerah sama jatuh cinta akan sesuatu itu yang kita sebut passion.



7.      Apakah ada dukungan keluarga, teman, komunitas, dsb. dalam hal menulis? Seperti apa bentuk dukungannya?

Pasti dong. Aku selalu menyebut mereka dengan nama Best Support System. Tanpa mereka yang percaya akan kemampuan aku kalau aku bisa, mungkin aku bukan Diego yang sekarang. Dukungan terbesar dalam bentuk doa. Sisanya aku didukung dengan mereka yang telah membeli buku aku, datang ke launching, kasih saran dan masukan setelah mereka baca novel aku, dsb.



8.      Apa yang Anda sukai dari pekerjaan menulis? Mengapa?

Aku nggak tahu kenapa aku suka. Kayak suka sama seseorang saja. Harusnya kita nggak boleh tahu kenapa kita suka. Kalau kamu suka sama seorang cowok karena dia ganteng, pintar, atau kaya. Suatu hari dia nggak lagi cakep, kaya, atau pintar, maka selesai juga kan rasa suka kamu sama dia. Buat aku menulis nggak perlu alasan kenapa aku suka menulis. Sama seperti jatuh cinta.



9.      Apa yang Anda tidak sukai (hambatan) dari pekerjaan menulis? Mengapa?

Ini sebenarnya cuma mitos yang banyak penulis buat sendiri, writer’s block. WB ini adalah kondisi di mana kita benar-benar stuck untuk tulis apa lagi. WB ini sebenarnya bisa kita lawan kok.



10.  Apa tindakan Anda untuk menghadapi hal-hal yang Anda tidak sukai tadi?

Seimbangkan diri antara bekerja, menulis, bersosialisasi, dan bersenang-senang.



11.  Saya lihat di laman Goodreads, Abang pernah menjadi salah satu dari 9 Penulis Pendatang Baru Terbaik menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan menjadi juara pertama NouraBooks Academy, bagaimana kisahnya Abang bisa meraih penghargaan tersebut?

Untuk penghargaan dari Kemenparekraf itu kebetulan waktu itu ada acara yang bernama Kompetisi Tulis Nusantara yang diadakan oleh Kemenparekraf. Tiap penerbit harus mengirim beberapa novel yang potensial untuk diikutsertakan dalam penghargaan tersebut. Kebetulan aku yang mewakili penerbitku saat itu, nggak aku sangka aku meraih penghargaan sebagai 9 Penulis Pendatang Baru Terbaik.

Untuk juara satu Mizan, aku kebetulan iseng ikutan bareng Aditia Yudis ikut karantina menulis novel dari anak penerbit Mizan yang baru, Noura Books. Jadi kami harus menulis novel selama 30 hari dan hanya juara 1 – 3 yang novelnya diterbitkan. Beruntungnya, aku juara 1 saat itu, jadi diterbitkan. Hehe.


 
12.  Menurut Abang, kompetensi apa saja yang harus dimiliki untuk jadi seorang penulis yang baik?

Kemampuan stalking yang baik hehehe (jadi mata-mata dan pemerhati yang baik). Rajin membaca buku dan perbanyak diri dengan baca hal yang kita nggak pernah tahu sebelumnya (baca koran will be a good idea). J



13.  Selain menjadi penulis, apa pekerjaan Abang? Mengapa Abang memilih dua (atau lebih) pekerjaan tersebut?

By day, I am a PR Manager. By night, I’m a novel writer. Karena aku merasa aku seorang ambivert. Aku bisa membagi diri menjadi introvert dan ekstrovert di saat yang hampir bersamaan. Saat siang, aku jadi ekstrovert, saat malam aku jadi introvert. Masalahnya adalah, aku suka jadi dua pribadi tersebut. Aku suka bersosialisasi dan bertemu orang, di lain sisi aku suka duduk sendiri dan memikirkan jalan hidup orang lain di dalam tulisan.

Moto hidup aku adalah: You are same today as you’ll be in five years except for two things: the books you read and the people you meet. J



14.  Bagaimana cara Abang menyeimbangkan dua pekerjaan tersebut?

Untuk sesuatu yang kamu cinta, eventhough you don’t have time, you will make time.



15.  Apa cita-cita Bang Diego ke depannya terkait bidang kepenulisan?
Terkait bidang penulisan, aku mau menulis buku sebanyak yang aku bisa. Selain itu, aku mau punya perpustakaan sendiri. J

Terima kasih banyak Bang Diego atas kebaikannya, semoga sukses selalu J

Senin, 22 Februari 2016

Limited Edition: Edisi Khusus Novel Travel in Love (hanya 50 buku)

Halo, Teman-teman pembaca. Karena banyaknya permintaan terhadap novel Travel in Love yang sudah sulit atau bahkan tidak bisa ditemui lagi di toko buku konvensional atau online store, maka aku membuka order untuk teman-teman yang ingin memesan langsung khusus novel Travel in Love dariku. Khusus dalam order ini tersedia bonus magnet kulkas dengan quote Travel in Love dan tandatangan dariku. Harga asli Rp 54.000,00. Untuk order ini hanya Rp 50.000,00 (di luar ongkos kirim)
Jika kamu berminat, silakan kirimkan nama lengkap, alamat lengkap, serta nomor telepon dengan subjek: PESAN BUKU TRAVEL IN LOVE ke emailku di diego.christian1990@gmail.com
Saya akan membalas email kamu sesegera mungkin. Persediaan terbatas, hanya tersedia 50 buku. Terima kasih. :)

Jumat, 29 Januari 2016

Naik Gunung Bersama Eiger dan Zalora

Banyak momen pertama kali yang gue alami beberapa tahun terakhir ini yang membuat semakin senang menjalani hidup. Pertama kali ice skating di Mal Taman Anggrek kelas 4 SD, pertama kali bisa naik sepeda kelas 5 SD (yes, gue setelat itu), pertama kali traveling ke Bali tahun 2011, pertama kali pakai toga waktu wisuda kampus tahun 2013, dan yang nggak terlupakan buat gue adalah pertama kali naik gunung setelah lulus wisuda.



            Jujur, buat anak yang suka traveling, apalah artinya suka ke pantai kalau nggak pernah naik gunung. Ditambah hasutan dari teman-teman yang udah pernah naik gunung sebelumnya kalau dengan naik gunung kita belajar jadi orang yang lebih baik, pemandangan yang nggak ada duanya ketika sampai di puncak gunung, dan kebersamaan yang nggak akan bisa terbayar dengan harga berapa pun.

Oke, gue sudah memantapkan hati untuk naik gunung. Jadi, gue akan naik gunung bersama teman-teman kampus setelah wisuda dari kampus. Rencananya gue dan teman-teman akan membawa toga kita dan akan kita pakai di atas puncak nantinya. Ah, gue lupa kasih tahu bahwa gunung pertama yang akan gue daki untuk pertama kalinya adalah Gunung Semeru. Tentunya gue akan melakukan persiapan dengan lari sejauh 2 kilometer setiap harinya.

            Sayangnya, ada dua masalah yang akan gue hadapi sebelum naik gunung ini. Pertama, izin orang tua tentunya. Nyokap gue adalah orang paling parno sedunia. Mungkin karena gue anak bungsu di keluarga yang dari kecil selalu dijagain ke mana-mana. Pernah waktu gue pertama naik pesawat untuk liburan ke Bali, ada kali setiap 3 jam sekali Nyokap telepon gue. Choy! Apalagi ini naik gunung yang pastinya Nyokap gue udah denger dari temen-temennya kalo banyak pendaki yang hilang dan meninggal di gunung—tentunya sebelum gue tahu bahwa naik gunung sesungguhnya aman banget untuk pemula sekali pun—berkali-kali gue bilang kalau naik gunung aman kayaknya nggak mempan, temen gue akhirnya janji sama Nyokap untuk ngejagain gue.

            Oke, masalah pertama gue selesai. Masalah kedua gue adalah, gue butuh carrier baru. Carrier gue yang lama udah gue pakai 3 tahun untuk Kuliah Kerja Nyata dan backpacker-an, apalagi carrier yang gue punya rasa-rasanya nggak cukup untuk gue pake 4 malam di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Setelah ngobrol-ngobrol sama temen, akhirnya gue menjatuhkan pilihan kepada Eiger dan membeli dua jenis tas dari Eiger. Karena dari pengalaman gue pernah pakai Eiger, tas-tas Eiger gue bertahan lama dibanding carrier lainnya yang gampang sompal di tahun pertama dan kedua. Jadi kalo kamu mau lihat-lihat tas Eiger seperti yang gue punya, kalian bisa lihat di sini http://www.zalora.co.id/eiger/

            And yes! I’ve solved all of the problems and I’m so ready then! Selamat naik gunung! J