Hai! Sudah lama tidak menyentuh blog saya untuk menulis. Kali ini saya akan menceritakan sedikit perjalanan saya ke Biak yang baru berakhir kemarin. Semoga tulisan ini bermanfaat. :)
Perjalanan dari Jakarta ke Biak memakan waktu sekitar enam jam. Saya berangkat pukul 10 malam WIB dari terminal 2F bandara Soekarno-Hatta. Dengan waktu di Biak yang lebih cepat dua jam, maka saya sampai di Biak pukul 6 pagi WIT. Begitu sampai di Biak, saya dijemput dan kemudian menginap di Hotel Basana Inn, tidak jauh dari bandar udara Frans Kaisiepo.
Setelah merapikan barang-barang di kamar hotel. Saya beranjak untuk berkeliling kota Biak hari ini. Tujuan pertama saya adalah Goa Jepang yang terletak tidak jauh dari pusat kota Biak. Letaknya berada di atas bukit yang menanjak setelah jalan Ahmad Yani.
Goa Jepang ini ditemukan oleh orang-orang Jepang yang hendak bersembunyi dari kepungan tentara Amerika saat perang dunia kedua. Dulunya, Amerika sempat menetap di Biak saat terjadi perang dunia kedua. Biak hampir saja djadikan milik Amerika kalau saja Indonesia tidak bereaksi dengan cepat. Karena Biak adalah kepulauan sendiri di dekat "kepala burung" Papua. Namun, akhirnya Palau yang tidak begitu jauh dari Papua berhasil menjadi milik Amerika. Setelah perang dunia kedua usai, sampai tahun 1997, Biak menjadi kota destinasi wisata. Bandara Frans Kaisiepo adalah satu-satunya Bandara di Indonesia waktu itu yang menjadi bandara tujuan langsung dari Hawaii. Ketika reformasi terjadi pada tahun 1998, Amerika memutuskan untuk menghapus keberangkatan langsung dari Hawaii ke Biak. Sejak itu, hotel-hotel yang dibangun dengan skala internasional akhirnya terbengkalai.
Kembali lagi ke Goa Jepang. Di bagian depan halaman tempat wisata Goa Jepang kita disuguhkan dengan berbagai peralatan perang yang digunakan oleh pihak Jepang melawan Amerika. Meriam, rudal, botol-botol obat, sampai baling-baling pesawat dipajang di halaman depan. Berjalan melewati jalan setapak ke bagian dalam kita akan disuguhkan dengan pohon-pohon dan suara tonggeret. Di tengah perjalanan saya menemukan makam orang Jepang. Masuk terus ke dalam Goa Jepang kita akan disuguhkan dengan bentuk Goa Jepang yang menjorok ke bawah terus. Tempat persembunyiannya ditutupi oleh banyak pohon dan juga bebatuan. Terdapat juga stalaktit di dalamnya.
Selesai dengan Goa Jepang, saya beranjak menuju ke Monumen Perang Dunia ke-2 di daerah Bosnik. Monumen ini dibangun atas kerja sama dari negara Jepang dan Indonesia untuk mengenang orang-orang Jepang yang tewas saat perang dunia ke-2. Abu orang Jepang biasanya dibawa oleh keluarga sementara foto-foto prajurit yang tewas, fotonya dipajang di dalam sebuah ruangan khusus dengan dupa dan juga bunga-bunga serta barang-barang pribadi milik almarhum. Banyak turis Jepang di Biak untuk mengunjungi makam leluhurnya di Monumen Perang Dunia ke-2 sehingga tidak heran berdasarkan statistik wisatawan asing yang paling banyak mengunjungi Biak Numfor adalah wisatawan dari Jepang.
Dari Goa Jepang, saya beranjak sedikit saja menuju ke tempat Wisata Perahu Injil. Perahu ini dibangun untuk mengenang masuknya Injil pertama kali ke Biak oleh misioner dari Belanda. Dari sinilah kemudian mengapa mayoritas orang-orang di Biak Numfor memeluk agama Kristen.
Jalan-jalan saya di Biak hari pertama selesai sudah. Di post berikutnya akan saya ceritakan jalan-jalan Biak hari kedua. :)
Estimasi biaya hari pertama termasuk tiket pesawat:
Tiket Pesawat 2 juta (Merpati, bukan PP, terbang hanya 1 kali sehari, transit Makassar)
Airport Tax 40 ribu
Hotel Basana Inn 430 ribu (single bed)
570 ribu (double bed)
Sewa Mobil full day 350 ribu (sudah termasuk bensin dan makan untuk sopir)
Makan 75 ribu (3x makan)
Masuk Goa Jepang 15 ribu
Masuk Monumen 15 ribu
Tiket Pesawat 2 juta (Merpati, bukan PP, terbang hanya 1 kali sehari, transit Makassar)
Airport Tax 40 ribu
Hotel Basana Inn 430 ribu (single bed)
570 ribu (double bed)
Sewa Mobil full day 350 ribu (sudah termasuk bensin dan makan untuk sopir)
Makan 75 ribu (3x makan)
Masuk Goa Jepang 15 ribu
Masuk Monumen 15 ribu
Memang jalan-jalan di tanah Papua cukup mahal harganya. Harga di atas bukan harga termurah. Di hari kedua saya mengganti hotel dari Basana ke Hotel Mapia yang lebih murah harganya. Hanya 297 ribu/malam.