Halo,
generasi milenials! Apa kabar? Masih sibuk berkarya atau sibuk galau?
Udah
lama kayaknya gue nggak nulis tentang buah pikiran, ciye buah pikiran.
Suatu
hari setelah pulang dari studio DJ Winky di Kemang untuk proyek shooting video baru di Youtube, Ibe bertanya kepada gue saat gue sedang menyetir.
Pertanyaannya begini, “Kak, lo bisa bertahan hidup nggak tanpa pacar?”
Gue
jawab dengan lantang: bisa banget!
“Kenapa,
Kak?”
Lalu
gue jelaskan kira-kira begini, tanpa pacar mungkin hidup gue akan jauh lebih
mudah, dalam artian gue nggak perlu mikir dia sedang
apa dan di mana, memastikan dia udah makan atau belum, lala lili segala macam. Saat ini yang harus gue bahagiakan cuma orangtua gue aja.
Ketika
gue sudah punya pacar, gue punya tanggung jawab untuk ngajak dia bareng-bareng berjalan
menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelum dia sama gue. Vice versa. Gue
juga berharap dengan bersamanya, gue akan jadi pribadi yang jauh lebih baik lagi. Buat
gue itu udah harga mati saat memutuskan untuk berhubungan.
Setiap
berpacaran gue selalu berusaha membuat hubungan itu ada tujuannya, ada hal yang
baik dan berguna untuk kami berdua. Bahan bakarnya rasa cinta yang kami berdua
punya. Klise, tapi ya memang itu kenyataannya. Gue nggak melihat tujuan pacaran yang lain.
Ibe
lalu bertanya lagi begini, “Kenapa, Kak, lo bisa suka sama seseorang?”
Ibe
ini emang agak suka buat pertanyaan-pertanyaan dalam yang kalau gue jawab bisa
sampai subuh.
Buat
gue kira-kira begini, gue sendiri nggak punya tipe khusus kenapa gue suka sama seseorang.
Ibaratnya kalau gue suka sama seseorang karena dia rupawan, tajir, atau
pintar, maka suatu hari kalau dia ketabrak sama kendaraan di jalan lalu mukanya
hancur, amnesia, dan uangnya habis buat bayar rumah sakit, selesai nggak tuh
kira-kira rasa cinta yang gue bangun sebagai alasan pertama gue suka sama dia?
Alasan kenapa gue cinta sama seseorang sederhana aja: gue nggak tahu kenapa gue mau sejajar seiringan berjalan sama dia.
Alasan kenapa gue cinta sama seseorang sederhana aja: gue nggak tahu kenapa gue mau sejajar seiringan berjalan sama dia.
Musti
diingat nih, ya, buat anak-anak milenial semuanya (buat gue juga berarti), memiliki hubungan itu udah
sepaket sama rasa sedih dan sakit yang mungkin akan terjadi selama lo berpacaran.
Ga ada sih hubungan yang baik-baik aja menurut gue, pasti ada aja goresannya.
Gini, lo dari kecil sampai lo besar sama keluarga lo pasti nggak mungkin kan nggak ada argumen sama bokap, nyokap, kakak, dan adik? Pasti ada, karena lo nggak seratus persen punya sifat dan karakter yang sama kayak mereka.
Gini, lo dari kecil sampai lo besar sama keluarga lo pasti nggak mungkin kan nggak ada argumen sama bokap, nyokap, kakak, dan adik? Pasti ada, karena lo nggak seratus persen punya sifat dan karakter yang sama kayak mereka.
Itu baru keluarga lo yang katanya dihubungkan karena darah dan daging yang sama.
Nah, ini, pacaran. Lo baru kenal berapa lama? Setahun? Dua tahun? Atau baru
kemarin dari Tinder, dan elo pada berharap punya jalinan kasih antara insan
manusia dalam berpacaran yang baik-baik aja? Paling banter lo bisa nggak
beda pendapat berapa lama coba?
Jadi
balik lagi ke pertanyaan awal kira-kira harus nggak punya pacar?
Jawabannya:
harus.
Gue
memang bisa bertahan hidup tanpa seseorang di samping gue. Gue bisa ngebayangin di sisa hidup gue, gue cuma harus bahagiain bokap nyokap aja, menjadi penulis dan pekerja kantoran yang baik. Namun, nyatanya gue
butuh seseorang untuk menjadi teman hidup yang sangat istimewa. Gue butuh dia
untuk membuat gue menjadi manusia yang lebih baik, tentunya dengan value yang
dia miliki. Gue pun dengan value yang gue miliki, gue butuh untuk membangun
seseorang menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Malah, melihatnya menjadi lebih
baik akan menjadi kesenangan buat gue. Gue pengen gue dan partner gue (pacar masa depan, halo!) menjadi pasangan yang kuat nantinya.
Lebih
jauh lagi, gue butuh teman hidup yang setiap hari mau gue lihat wajahnya setiap
gue bangun tidur di pagi hari, menyiapkannya sarapan, berkelana ke tempat baru
yang belum pernah gue temui, hadir di hari-hari besar dalam hidupnya, bahkan ada di sana untuk membantunya saat kesulitan. Gue mau melakukan hal itu bersama orang yang gue cintai.
Ya,
lo harus punya pacar, untuk membuat hidup lo merasa penuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar