Kamis, 22 September 2011

Resensi Buku: Oksimoron


Alan dan Rine adalah sepasang pengantin baru yang berpikir bahwa kehidupan pernikahan yang akan dijalani oleh mereka berdua ke depan (diharapkan) adalah kehidupan yang paling menyenangkan. Mereka meyakini bahwa sifat dua menjadi satu, menjadi sepaham, menjadi sejiwa, adalah kunci yang dapat menutup rapat pintu perbedaan di dalam gejolak rumah tangga yang akan mereka hadapi. Tapi rupanya mereka lupa, kalau masing-masing dari mereka mempunyai latar belakang, pemikiran, dan (yang terutama adalah) keluarga yang berbeda. Apalagi ayah-ayah mereka mempunyai pengalaman yang kurang baik sebagai sepasang sahabat di masa yang lampau.

Novel ini, menurut saya, mampu menjelaskan tanpa menggurui. Bagi saya, penjelasan yang dieksekusi Isman H.S. sangat berhasil. Seperti yang dikatakan Ve Handojo di dalam endorsement yang ditulisnya. Segala "coincidence" yang menjadi bagian penting tentu bukanlah "kebetulan sinetron" yang tiba-tiba tercipta di tengah cerita. Kematangan cerita, karakter yang kuat, alur yang rapi, dan sindiran yang mengena di sepanjang cerita adalah kekuarn Isman di dalam Oksimoron. Kelebihan lain yang patut dibanggakan adalah wawasan Isman yang luas dan, entah tanpa disadari atau tidak, banyak kutipan yang menginspirasi sepanjang proses pembacaan.

Kelemahan di dalam cerita hanyalah penggunaan tanda koma sebagai pemisah antara induk dan anak kalimat di dalam cerita kurang maksimal digunakan. Tidak terlalu bermasalah mengingat Ibu/Bapak editor nanti diharapkan mampu memperbaikinya di cetakan yang berikutnya.


I give 5 out of 5 stars :)

Sumber Pustaka
Suryaman, Isman. H. 2010. Oksimoron. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar