Selasa, 22 Mei 2012

Mengapa Saya Ingin Kuliah 4 Tahun, Bukannya 3,5 Tahun?

Suatu ketika saat sedang santai menjalani kuliah Spanyol bersama seorang teman saya, Dewi, saya mengajukan hal ini padanya, "Dew, abis semester ini lo udah tahu mau kerja di mana?" Teman saya hanya memandang saya sedetik kemudian ia menjawab tegas, "Gue mau kuliah lagi."

"S2, maksudnya?"

"Nggak, kuliah lagi aja, nambah SKS. Bayar lagilah sesuai jumlah SKS."

"Emang bisa kalo udah abis 144 SKS terus nambah lagi?"

"Bisa?"

"Kok?"

"Gue mau belajar lagi aja. Gapapa dong. Bukannya gue mau jadi mahasiswa abadi, gue ngerasa belum matang aja buat keluar. Ngapain punya IPK tinggi tapi nanti gue plang plongo. Ya, gue mau belajar lagi aja."

Sampai kapan pun, belajar tidak akan pernah selesai. Di mana pun kita bisa belajar, begitu pun prinsip Dewi. Bedanya, dia punya pemahaman sendiri yang bisa saya mengerti untuk menambah pelajaran lagi. Mungkin kuliah Spanyol sampai level 3 yang jatuhnya lebih murah untuk belajar di kelas reguler dibanding kursus di LBI. Sampai sekarang misteri mengapa Dewi ingin terus kuliah belum bisa saya pecahkan, mentok sampai, "Ya, mau belajar lagi aja."

Tidak ada yang mengalahkan pengalaman hidup. Bagi saya kata-kata "pengalaman adalah guru terbaik" memiliki makna yang pada kejadian sebenarnya jauh lebih berarti. Artinya, semakin banyak pengalaman berarti semakin banyak guru berharga yang kita temui. Bukan bermaksud menyinggung, tapi saya ingin sekali bertanya pada teman-teman yang kuliah 3,5 tahun tapi belum punya rencana apa pun setelah lulus nanti. "Ngapain Kak, lulus cepet-cepet ujungnya nganggur? Liburan 3 bulan di rumah bosennya udah luar biasa. Apalagi nanti lulus terus bengang bengong planga plongo."

 
Baru-baru ini ada kakak angkatan dari jurusan lain di kampus saya, lulus 3,5 tahun dengan IPK 3.8 sekian, tapi sampai sekarang belum dapat pekerjaan apa-apa. Lalu bukan berarti saya mau memahsyurkan mahasiswa yang kerjaannya organisasi melulu tapi IP-nya NASAKOM (Nasib Satu Koma) amit-amit *ketok-ketok meja*, semuanya juga harus seimbang dan dilakukan penuh tujuan. 

 
Pilih mana? Dewi, teman saya itu misalnya, mau fasih berbahasa Spanyol dulu, maka ketika lulus nanti dia mau bekerja di Kedutaan Besar Spanyol, syukur-syukur bisa ke Barcelona, Madrid, Leon, Ibiza, dan kota-kota lain di Spanyol. Keren kan kalau udah punya tujuan. Lagian saya percaya kok, Dewi di kampus juga nggak terlalu pasif, pernah ikut organisasi, kepanitiaan sekali dua kali, nggak cuma kuliah aja buat dapat IPK tinggi tapi juga punya tujuan.

2 komentar:

  1. Wah ngena banget nih Go!!! *tepok tangan*
    Oia ralat dikit, setau aku kota Lion ada di Prancis hehehe

    BalasHapus
  2. Hahaha iya Kakak, diganti deh :)

    BalasHapus